Pola Interaksi Harmonis antara Mitos, Sakral, dan Kearifan Lokal Masyarakat Pasuruan

Agus Zaenul Fitri

Abstract


The charges with covered mission in terms of local wisdom such as mysticism, sacralization, Javanese and ancestor gods are exaggerated perspective. Through Anthropological studies of sacred, mythology and local wisdom is elaborated on the meaning and relevance to the public ritual actions in Pasuruan Regency with the attempt to build harmony and interaction between local culture and Islam. This study focused on the dynamical of relationship between religion and social religious culture interactions among groups in society through religious symbols system. Every religious tradition includes sacred symbols with which the person conducting a series of measures to shed beliefs in the form of ritual, reverence and servitude. Hindu communities in the mountains Pasuruan region have been driven to assimilate with Muslim population. But the religion which is embraced by the majority of the population are nominal Muslims, but confounds the Tengger and Javanese-style ritual, because the vast majority of Muslims there refused to form a more strict Islamic piety is identified with a culture that does not fit to the culture of Java, in contrast to Muslims Pasuruan in the lowlands because much dominated by the descendants of Madura, the Islamization can continue to do without having to harm the local culture, which in turn would foster against-Islam movement.

 

Tuduhan terhadap misi terselubung dalam istilah kearifan lokal seperti mistisisme, sakralisasi, kejawen, dan sesembahan lelulur merupakan cara pandang yang berlebihan. Melalui studi Antropologi tentang sakralisasi, mitologi, dan kearifan lokal ini dipaparkan makna dan relevansinya terhadap tindakan ritual masyarakat kabupaten Pasuruan dengan upaya membangun wajah dalam harmoni dan interaksi antara budaya lokal dan Islam. Kajian ini menitikberatkan pada dinamika hubungan antara agama dan berbagai kelompok sosio religio kultural melalui interaksi antar kelompok di dalam masyarakat melalui simbol-simbol religius. Setiap tradisi keagamaan memuat simbol-simbol suci yang dengannya orang melakukan serangkaian tindakan untuk menumpahkan keyakinan dalam bentuk melakukan ritual, penghormatan dan penghambaan. Masyarakat Hindu di wilayah Pasuruan pegunungan telah terdorong untuk berasimilasi dengan penduduk muslim. Namun agama Islam yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk adalah Islam nominal namun mencampur adukkan gaya ritual Tengger dan Kejawen, karena mayoritas Muslim di sana menolak bentuk kesalehan Islam yang lebih ketat yang diidentifikasi dengan kebudayaan yang tidak njawani, berbeda dengan muslim pasuruan di dataran rendah karena banyak didominasi oleh keturunan Madura, maka Islamisasi dapat terus dilakukan tanpa harus mencederai kebudayaan lokal yang pada akhirnya justru menyuburkan gerakan anti-Islam.

 


Keywords


myth; sacred; local wisdom; interaction; harmonization

Full Text:

PDF

References


Artawijaya, 2010. Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta.

Abdullah, Taufik. 1988. Mitos, Kewibawaan dan Perilaku Budaya. Jakarta: Pustaka Grafika Kita.

Beatty, Andrew. 1996. “Adam and Eve and Vishnu: Syncretism in The Javanese Slametan. The Jurnal of Royal Antropological 2.

Beatty, Andrew, 2001. Variasi Agama di Jawa: Suatu Pendekatan Antropologi. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Boland, B.J. 1982. The Strunggle of Islam in Modern Indonesia. Den Haag: Martinus Nijhoff.

Bowie, Fiona. 2000. The Antropology of Religion An Introduction. Oxford: Blacwell Publisher.

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.

Dirks, Nicholas B. 1994. “Ritual and Resisteance: Subverstion as Social Fact”. Dalam Nichols B. Dirkc,

et.al, (ed), Cultur/Power/History, A Reader in Contemporary Social Theory. Princeton: Priceton University Press.

Geertz, Clifford. 1981. Santri, Priyayi, Abangan dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hefner, Robert W. 2000. Islam Pasar Keadilan: Artikulasi Lokal, Kapitalisme dan Demokrasi. Yogyakarta: LKiS.

Hefner, Robert W. 1985. Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam. Princeton: Pricenton University Press.

Hendroprasetyo, 1993. “Mengislamkan Orang Jawa: Antropologi Baru Islam Indonesia. Dalam Islamika. No. 3.

Koentjoroningrat, 1985. Pokok-pokok Antropologi Sosial. Jakarta; Dian Press.

Muhaimin, AG. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya Lokal Potret dari Cirebon. Jakarta: Logor.

Muhaimin, AG. 1996. “Pendekatan Multidisipliner, Metode Penelitian Agama dan Paradigma Antropologi.” Dalam Eko Aliroso (ed.), Beberapa Paradigma dalam Penelitian Agama Berikut Konsekuensi Metodologis. Jakarta: Balitbang Depag RI.

Mulder, Niels. 1999. Agama, Hidup Sehari-hari dan perubahan Budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ricklefs, M.C. 2002. “Syeckh Al-Mutamakin dan Sejarah Jawa Abad XVIII.” Dalam Abdul Milal Bizawie. Perlawanan Kultural Agama Rakyat. Yogyakarta. SAMHA.

Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKiS.

Syam, Nur. . 2000. “Menelusuri Dinamika Santri dan Perubahan.” Dalam Majalah Araaira. Ed. 40/Th. XIX.

Woodward, Mark R. 1991. The Grebed Maulud in Yogyakarta: Veneration od The Prophet as Imperial Ritual”. Dalam Journal of Ritual Studies.

Davamony, Mariasusai, 1977. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2198

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang