Blangkon Hitam: Identitas Gerakan Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga dalam Masyarakat Muslim Perkotaan
Abstract
This paper discusses the identity represented by the community of Padepokan dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka). This community is located in Pesantren Ummul Qura, Pondok Cabe Ilir, South Tangerang. There are several reasons underlying the need to explore Padasuka community. One of them is the black clothes and Javanese blangkon of the male members. This fact is certainly interesting as this community exists in a multi- ethnic region and modern urban area. The finding shows that Kiai Syarif, as the leader plays a dominant role in the process of identity representation. This is because he has a strong capital in the social and cultural aspects. In addition, the cultural identity of the community not only serves to determine the code of conduct, but also as a tool of resistance against the domination of the external culture.
Tulisan ini membahas identitas yang digunakan oleh komunitas Padepokan dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka). Padasuka merupakan komunitas yang berada dalam Pesantren Ummul Qura, Pondok Cabe Ilir, Tangerang Selatan. Ada beberapa alasan yang menjadikan komunitas Padasuka menarik untuk dikaji. Salah satunya adalah pakaian mereka yang serba hitam, dan memakai blangkon dari Jawa bagi anggota laki-laki. Kenyataan ini tentunya menarik, karena Padasuka berada dalam kawasan multi-etnis dan wilayah perkotaan yang modern. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Kiai Syarif, sebagai tokoh komunitas Padasuka, mempunyai posisi yang sangat dominan dalam proses reproduksi identitas. Hal ini karena dia memiliki modal yang kuat dalam aspek sosial dan kultural. Selain itu, dalam komunitas Padasuka, identitas budaya bukan hanya sebagai pengarah yang menentukan kode etik, namun juga menjadi alat resistensi atas dominasi budaya dari luar.
Keywords
References
Abdullah, I. 2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdullah, 2002. Simbol, Makna dan Pandangan Hidup Jawa, Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Ahimsa-Putra, H.S. 2012, Paradigma Ilmu Sosial-Budaya: Sebuah Pandangan, Yogyakarta: Makalah Shortcourse Penelitian Kemenag-CRCS UGM.
Baron, R. A. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial I. Jakarta. Erlangga.
Burke, P. 1998. Identity Theory and Social identity Theory, Washington State University.
Jamhari, 2001. The Meaning Intepreted: The Concept of Barakah in Ziarah. Studia Islamika 8(1), 87-128.
Koentjaraningrat, 2009. Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta: UIP.
Koentjaraningrat, 1987. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat, 1985. Ritus Peralihan di Indonesia, Jakarta: Penerbitan Nasional Balai Pustaka.
Najitama, F. 2007. Sejarah Pergumulan Hukum Islam dan Budaya Serta Implikasinya bagi Pembangunan Hukum Islam Khas Indonesia. Jurnal Al-Mawarid 17(1), 101-114
Prasojo, Z. Z. 2009. “Identitas Etno-Religio di Kalimantan Barat” dalam Irwan Abdullah, dkk, Dinamika Masyarakat dan Dinamika Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmat, S. 2013. Munajat, Tangerang Selatan: Sabila Press.
Scott, J. C. 1990. Domination and the Art of Resistence: Hiddenn Trancripts ,London: Yale University Press New Haven and London.
Syam, N. 2005. Islam Pesisir, Yogyakarta: LKiS.
Woodward, M. R., 2008. Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, terj. Hairus Salim HS, Yogyakarta: LKiS.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v18i1.2843
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |