INTERRELASI KIAI, PENGHULU DAN PEMANGKU ADAT DALAM TRADISI ISLAM WETU TELU DI LOMBOK

Rasmianto Rasmianto

Abstract


Islam Wetu Telu includes Islam, although different from traditional activities. This paper discusses the history of Islam Wetu Telu and its philosophy. Selan was also described the collaboration of the social role of kiai Sasak customary stakeholders. Islam Wetu Telu is heavily influenced by the implementation of Islamic teachings, Hinduism, and transitional tradition. These three things are closely related to the history of Islam Wetu Telu as proposed by Jalaluddin Arzaki, director of natural and tourism development agencies. Another version states that Wetu Telu Islam emerged after the Dutch colonization in Lombok in 1980 in relation to the strategy to oppose Islam followed by Sasak people. In everyday life, Wetu Telu Islamic society still adheres to the rules and values of the old tradition which is a hereditary heritage of its ancestors. So high they hold the ancestral heritage custom, has made the scholars difficult to enter his world. In fact, in many cases, scholars also have difficulty in influencing this society.

 

Islam Wetu Telu termasuk Islam, meski berbeda dengan kegiatan tradisional. Tulisan ini membahas sejarah Islam Wetu Telu dan falsafahnya. Selan itu dijabarkan pula kolaborasi peran sosial kiai pemangku adat Sasak. Islam Wetu Telu banyak diwarnai implementasi ajaran Islam, Hinduisme, dan tradisi transisi. Ketiga hal ini sangat terkait dengan sejarah Islam Wetu Telu sebagaimana yang dikemukakan oleh Jalaluddin Arzaki, direktur lembaga pengembangan alam dan pariwisata. Versi lain menyatakan bahwa Islam Wetu Telu muncul setelah penjajahan Belanda di Lombok pada tahun 1980 dalam kaitannya dengan strategi untuk menentang Islam yang diikuti orang Sasak. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Islam Wetu Telu masih tetap berpegang pada tata aturan dan nilai-nilai tradisi lama yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyangnya. Begitu tingginya mereka memegang adat istiadat warisan leluhur, telah membuat para ulama kesulitan untuk memasuki dunianya. Bahkan, dalam banyak hal, ulama juga kesulitan menanamkan pengaruhnya pada masyarakat ini. 


Keywords


traditional; belief; sincritism, Sasak

Full Text:

PDF

References


Baal, J. Van. 1976. Pesta Alip di Bayan. Jakarta: Bharatara.

Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: Gramedia.

Cederoth, Sven. 1981. The Spell of the Ancestors and the power of Makkah: a Sasak Community on Lombok. Universitatis Gothoburgenesis. tp.

Fadli, 1998. Etika Masyarakat Wetu Telu. Skripsi. STAIN Malang. Mandayun, Rustam F; Abidien, Zed; Khafid,Supriyanto. 27 April, 1991

Benteng Terakhir Budaya Sasak. Tempo. Halaman 45.

Syahrastani. 1968. Al-Milal wa al-Nihal. Juz I. tp.

Sumbogo, Priyono B; Abidien, Zed dan Mandayun, Rustam F. 27 April,1991.

Ahli Waris Jawa Majapahit. Tempo. Halaman 62.

Salam, Solichin. 1992. Lombok Pulau Perawan. Jakarta: Kuning Mas.

Wacana, Lalu. 1985. Sejarah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.429

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang