Pembauran Agama dan Strategi Politik Kebudayaan: Kontestasi Identitas Etnis dalam Narasi Masyarakat Multikultur

Ibnu Mujib

Abstract


As a strategy of the politic of culture, religious assimilation constructed in New Order has become a concept which is considered ineffective and failed. The policy of the religious assimilation designed for reducing conflicts between "Pribumi vs Tionghoa", in fact, has deepened the gaps between the two groups. Religious conversion by the Chinese in terms of assimilation of New Order turns to be a political strategy to describe and to have the pribumi identity. It is a political strategy to hide the aspects of Chinese and Non-muslim in their identity in order to be accepted as "Pribumi." Everyone can claim their own identity and say "who I am," who you are", and who we are". By doing so, it is part of the way for people to understand each identity that emphasize on the common identity. In the future, religious conversion will loose its the relevance, especially in the context of contestation of global culture. The contestation of culture in area of multiculturalism reunites the entity of diversity into single identity. Therefore, The celebrition of Chinese new year (Imlek) in mosques in Yogyakarta becomes a form of integration of identity between Tionghoa Islam and Java.

 

Sebagai strategi politik budaya, asimilasi agama yang dibangun di masa Orde Baru telah menjadi konsep yang dianggap tidak efektif dan gagal. Kebijakan asimilasi keagamaan yang dirancang untuk mengurangi konflik antara "Pribumi vs Tionghoa", pada kenyataannya, telah memperdalam kesenjangan antara kedua kelompok tersebut. Pertobatan agama oleh orang Tionghoa dalam hal asimilasi Orde Baru berubah menjadi strategi politik untuk menggambarkan dan memiliki identitas pribumi. Ini adalah strategi politik untuk menyembunyikan aspek orang Tionghoa dan Non-Muslim dalam identitas mereka agar bisa diterima sebagai "Pribumi." Setiap orang dapat mengklaim identitas mereka sendiri dan berkata "siapa saya," siapa Anda ", dan siapa kita". Dengan demikian, ini adalah bagian dari cara bagi orang untuk memahami setiap identitas yang menekankan pada identitas umum. Ke depan, konversi agama akan kehilangan relevansinya, terutama dalam konteks kontestasi budaya global. Kontestasi budaya di bidang multikulturalisme mempertemukan entitas keanekaragaman menjadi identitas tunggal. Oleh karena itu, perayaan tahun baru Imlek di masjid-masjid di Yogyakarta menjadi bentuk integrasi identitas antara Tionghoa Islam dan Jawa.


Keywords


contestation of identity; cultural politic strategy; religious assimilation

Full Text:

PDF

References


Bell, Daniel. n.d. The Cultural Contradictions of Capitalism. New York: Basic Books Inc. Publishers.

Dahana, A. 1998. Pembauran Lewat Inkorporasi, dalam Kapok Jadi Nonpri, AlfianHamzah. (Ed.). Bandung: Zaman Wacana Mulia.

Ezerman, J.L.J.E 1922. Perihal Kelenteng Kaan Iem, Tiao-Kak-Sie di Cirebon, Terj. S.M. Latif, Bureau Van De Volkslektur. Jakarta: Balai Pustaka.

Delanty, Gererd. 2003. Community. London: Routledge Larking,

Paul Nesbitt. 2007. Politics, Society, and the Media. New York: Broadview Press.

Guibernau, Montserrat and John Rex. 1997. The Ethnicity Reader, Nationalism, Multiculturalism, and Migration. USA: Blackwell publisher and Cambridge: polity press.

Heddy, Shri Ahimsa. 2004. Imlek Gaya Yogya, Makalah Tidak Terbit

Heryanto, Ariel. 1998. Kapok Jadi Nonpri, dalam Kapok Jadi Nonpri. Alfian Hamzah. (Ed.). Bandung: Zaman Wacana Mulia.

Herliayanto. 2004. Masalah Cina di Indonesia. http siutao.com/ budayabangsa./html.

Humprey, Michael. 2002. The Politics of Atrocity and Reconciliation. London and New York: Routledge.

Jahja, Junus H. 2002. Peranakan Idealis Dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya, Kepustakaan Populer Gramedia.

Jahja, Junus H. (Ed.). 1991. Nonpri Dimata Pribumi. Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa.

Jahja, Junus H. 1991. WNI Beragama Islam. Jakarta: Yayasan Abdul Karim Oei Tjeng Hien.

Jahja, Junus H. (Ed.). 1984. Zaman Harapan Bagi Keturunan Tionghoa, Rekaman Dakwah Islamiyah. Jakarta: Yayasan Ukhuwah Islamiyah.

Nurhadiantomo. 2004. Konflik-Konflik Sosial Pri-Nonpri dan Hukum Keadilan Sosial, Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta Press. Ritzer, George. 2004. Teori Sosial Posmodem. Yogyakarta: Jugtapus Press clan Kreasi Wacana.

Suryadinata, Leo dkk. 2003. Penduduk Indonesia, Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik. Jakarta: LP3 ES.

Sen, Amartya. 2006. Identity and Violance, The Illusions of Destiny. Eng lend: London, Pinguin Books.

Stone, Brat Elliot. 1984. Subjugated Knowledges in the Age of the World Picture, Foucault, Heidegger. And the goal of Genealogy. Loyola Marymount University.

Yasraf A.P. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v10i3.4757

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang