Hak Ijbar Wali Tinjauan Maqashid Syari’ah dan Antropologi Hukum Islam

Muhammad Ngizzul Muttaqin, Nur Fadhilah

Abstract


Abstract:

As an act determined by religion, marriage is a very sacred act, both in terms of religion and from the agreement between the husband and the wife. The sacredness in marriage certainly cannot be tainted by various aspects. Provisions regarding ijbar rights for the guardians need to be reviewed in terms of their relevance to maintain the holiness of marriage. In its way, the execution of ijbar rights has implications for the wife’s unwillingness. Whereas, the purpose of the application of Islamic law is to create justice and peace for humanity. Even from the community, the rules regarding the ijbar rights held by the guardians met pros and municipality. As literature-based research through extensive library studies, this paper attempts to reconcile the legal issues of ijbar rights from the viewpoint of the legal objectives (maqashid shari'a) and the conditions of culture and the culture of society (the anthropology of Islamic law). The findings in this study are: In the perspective of maqashid shari'ah, the practice of ijbar wali's right does not bring the basic principles of maqashid shari'ah. Namely the principle in creating happiness of calm, and peace in marriage, whereas in the anthropological perspective of Islamic law. The practice of rights ijbar guardian cannot be justified in the social sphere of society, confinement and restraints on women in the practice of ijbar rights are not in accordance with the current socio-cultural of society. So that the practice of ijbar rights cannot be accepted by the community.

Keywords: Ijbar rights; maqashid shari’ah; anthropology of Islamic law.

Abstrak:

Sebagai perbuatan yang ditetapkan oleh agama, perkawinan merupakan perbuatan yang sangat sakral, baik dari segi agama, maupun dari sudut pandang perjanjian antara suami dan istri. Sakralitas dalam perkawinan tentu tidak bisa dinodai oleh berbagai aspek. Ketentuan tentang hak ijbar bagi wali, perlu dikaji kembali relevansinya guna menjaga sakralitas dalam perkawinan. Pelaksanaan hak ijbar berimplikasi pada ketidak relaan sang istri. Padahal, tujuan dari pemberlakuan hukum Islam adalah untuk menciptakan keadilan dan ketentraman bagi umat manusia. Dalam sudut pandang masyarakat pun, ketentuan mengenai hak ijbar yang dimiliki oleh wali menemui pro dan kontra. Sebagai penelitian berbasis litteratur melalui studi pustaka yang ekstentif, tulisan ini berupaya menyelaraskan kembali problematika hukum hak ijbar ditinjau dari sudut pandang tujuan hukum (maqashid syari’ah) dan kondisi kultur dan budaya masyarakat (antropologi hukum Islam). Temuan dalam penelitian ini adalah: dalam perspektif maqashid syari’ah, praktik hak ijbar wali tidak mendatangkan prinsip-prinsip dasar maqashid syari’ah, yaitu prinsip dalam menciptakan kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman dalam perkawinan, sedangkan dalam perspektif antropologi hukum Islam, praktik hak ijbar wali tidak bisa dibenarkan dalam ranah sosial masyarakat, keterkungkungan dan pengekangan terhadap perempuan dalam praktik hak ijbar tidak sesuai dengan sosio kultural masyarakat saat ini, sehingga praktik hak ijbar ini tidak bisa diterima oleh masyarakat.

Kata Kunci: hak ijbar; maqashid syari’ah; antropologi hukum Islam.


Full Text:

PDF

References


Abdillah, Mujiyono. Dialektika Hukum Islam Dan Perubahan Sosial: Sebuah Refleksi Sosiologis Atas Pemikiran Ibn Qayyim Al-Jauziyyah. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003.

Atabik, Ahmad, dan Khoridatul Mudhiiah. “Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam.” YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 5, no. 2 (2014).

Aziz, Safrudin. “Tradisi Pernikahan Adat Jawa Keraton Membentuk Keluarga Sakinah.” IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya 15, no. 1 (2 Mei 2017): 22–41. https://doi.org/10.24090/ibda.v15i1.724.

Azizy, Ahmad Qadri Abdillah. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Bakar, Abu. “Kawin Paksa (Sebuah Hegemoni Laki-Laki Atas Perempuan).” Al-Ihkam: Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial 8, no. 1 (14 Oktober 2014): 69–85. https://doi.org/10.19105/al-ihkam.v8i1.341.

Bisri, Cik Hasan. Model Penelitian Fiqh Jilid 1: Paradigma Penelitian Fiqh Dan Fiqh Penelitian. Jakarta: Kencana, 2003.

Chantler, Khatidja. “Recognition of and Intervention in Forced Marriage as a Form of Violence and Abuse.” Trauma, Violence & Abuse 13, no. 3 (Juli 2012): 176–83. https://doi.org/10.1177/1524838012448121.

Daliyo, J.B. Pengantar ilmu hukum. Jakarta: Gramedia, 2009.

Daroini, Fathi al-. Al-Manahij al-Ushuliyyah fi Ijtihad bi al-Ra’yi fi al-Tasyri’. Damaskus: Dar al-Kitab al-Hadis, 1975.

Hakim, Muhammad Lutfi. “Rekonstruksi Hak Ijbar Wali: Aplikasi Teori Perubahan Hukum dan Sosial Ibn al-Qayyim Al-Jawziyyah.” Al-

Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 8, no. 1 (2014): 45–56. https://doi.org/10.24090/mnh.v8i1.401.

Hanafi, Hasan. Al-Nash ila al-Waqi’. Cairo: Markaz Al Kitab, 2005.

Haq, Husnul. “Reformulasi Hak Ijbar Fiqhi Dalam Tantangan Isu Gender Kontemporer.” PALASTREN Jurnal Studi Gender 8, no. 1 (30 Maret 2016): 197–224. https://doi.org/10.21043/palastren.v8i1.941.

Hidayat, Syaiful. “Hak Ijbar Wali Nikah Dalam Kajian Historis Fiqh Shâfi’î.” Tafáqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian Keislaman 3, no. 1 (1 Juni 2015): 01–13.

———. “Wali Nikah Dalam Perspektif Empat Madzhab.” INOVATIF: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan 3, no. 2 (10 Februari 2017): 98–124.

Ibnu Rusyd. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid. Vol. 2. Beirut: Dar al-Fikr, 2005.

Izzati, Arini Rabbi. “Kuasa Hak Ijbar Terhadap Anak Perempuan Perspektif Fiqh dan HAM.” Al-Mawarid: Jurnal Hukum Islam 11, no. 2 (2011).

Khaeruman, Badri. “Al-Qaradawi Dan Orientasi Pemikiran Hukum Islam Untuk Menjawab Tuntutan Perubahan Sosial.” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (15 November 2016): 227–38. https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.740.

Khin, Mushtafa al-, Musthafa al-Bugha, dan Ali al-Syarbaji. Al-Fiqh al-Manhaji ’ala madzhabi al-Imam al-Syafi’i. Damaskus: Dar al-Qalam, 2005.

Mahkamah Agung RI. Laporan Tahunan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Mahkamah Agung, 2018.

———. Laporan Tahunan Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2018: Era Baru Peradilan Modern Berbasis Teknologi Informasi. Jakarta: Mahkamah Agung, 2019.

Mahsun, Mahsun. “Wali Mujbir Dalam Pusaran Pemikiran KH. MA. Sahal Mahfudh.” Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial 8, no. 1 (1 April 2014): 9–44.

Maimun, Maimun, Mohammad Toha, dan Misbahul Arifin. “Fenomena Tingginya Angka Cerai-Gugat Dan Faktor Penyebabnya: Analisis Reflektif Atas Kasus-Kasus Perceraian Di Madura.” Islamuna: Jurnal Studi Islam 5, no. 2 (12 April 2019): 157–67. https://doi.org/10.19105/islamuna.v5i2.2105.

Mas’ud, Muhammad Khalid. Filsafat Hukum Islam Dan Perubahan Sosial. Diterjemahkan oleh Yudian W. Aswin. Surabaya: Al-Ikhlas, 1987.

Mas’udi, Masdar Farid. “Meletakkan Kembali Mashlahah sebagai Acuan Syari’at.” Ulumul Qur’an 6, no. 3 (1995).

Moore, Sally Folk. Law as Process: An Anthropological Approach. Routlede and Kegan Paul, 1978.

Muhammad Amin Abdullah. “Relevansi Studi Agama dalam Milenium Ketiga.” Dalam Mencari Islam: Studi Islam Dengan Berbagai Pendekatan, disunting oleh Muhammad Amin Abdullah dkk. Yogya: Tiara Wacana, 2000.

Muttaqin, Imamul. “Studi Analisis Terhadap Pendapat KH. MA. Sahal Mahfud Tentang Wali Mujbir.” Al-Hukama’ : The Indonesian Journal of Islamic Family Law 2, no. 1 (30 Juni 2012): 19–36.

Muttaqin, Muhammad Ngizzul, dan Iffatin Nur. “Menelusuri Jejak Maqashid Syari’ah Dalam Istinbath Hukum Imam Hambali.” Ahkam: Jurnal Hukum Islam 7, no. 1 (1 Juli 2019): 143-168–168. https://doi.org/10.21274/ahkam.2019.7.1.143-168.

Najwah, Nurun. “Kriteria Memilih Pasangan Hidup (Kajian Hermeneutika Hadis).” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis 17, no. 1 (8 Mei 2018): 95–120. https://doi.org/10.14421/qh.2016.1701-05.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Pospisil, Leopold. Anthropology of Law: A Comparative Theory. London: Harper & Row Plubisher, 1971.

Qardhawi, Yusuf. Al-Ijtihad al-Syari’ah al-Islamiyah. Cairo: Dar al-Qalam, 1999.

———. Ijtihad Al-Mu’asirah Baina Al-Indibat Wa Al-Infirat. Diterjemahkan oleh Abu Barzani. Surabaya: Risalah Gusti, 1995.

Rais, Isnawati. “Tingginya Angka Cerai Gugat (khulu’) Di Indonesia: Anlisis Kritis Terhadap Penyebab Dan Altternatif Solusi Mengatasi.” Al-Adalah 12, no. 1 (Juni 2014).

Ramadhita, Ramadhita. “Latar Historis Indikator Kerelaan Perempuan Dalam Perkawinan.” De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah 7, no. 1 (21 Juni 2016): 31. https://doi.org/10.18860/j-fsh.v7i1.3507.

Raysuni, Ahmad al-. Nazhariyat al-Maqashid ’Inda al-Imam al-Syathibi. Riyadh: al-Dar al-’Alamiyah li al-Kitab al-Islami wa al-Ma’had al-’Alami al-Fikr al-Islami, 1981.

Rifa’ah, Abdul Jabbar. Maqashid Syari’ah. Beirut: Dar al-Fikr, 2002.

Rippin, Andrew. Muslims: their religious beliefs and practices. 4th ed. The library of religious beliefs and practices. New York: Routledge, 2011.

Saebani, Beni Ahmad, dan Encup Supriatna. Antropologi Hukum. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Suardiman. “Kehidupan Perkawinan Bahagia: Dampak Positif Untuk Keseimbangan Mental Anak Kini Dan Nanti.” Buletin Psikologi 6, no. 2 (23 September 2015). https://doi.org/10.22146/bpsi.7397.

Sumanto, Dedi. “Hukum Adat Di Indonesia Perspektif Sosiologi Dan Antropologi Hukum Islam.” JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah) 17, no. 2 (31 Desember 2018): 181–91. https://doi.org/10.31958/juris.v17i2.1163.

Suyono, Suyono. “Hukum Keluarga:Perspektif Antropologi Hukum Islam.” Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah 16, no. 1 (1 Agustus 2018): 58–73. https://doi.org/10.30984/jis.v16i1.647.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2006.

Ulwan, Abdullah Nashih. Islam Syariat Abadi. Diterjemahkan oleh Daud Rashid. Jakarta: Usamah Press, 1992.

Yafie, Ali. “Posisi Ijtihad dalam Keutuhan Ajaran Islam.” Dalam Ijtihad dalam sorotan, disunting oleh Jalaluddin Rahmat. Bandung: Mizan, 1994.

Zahrah, Abu. Ushul Fiqh al-Islam. Vol. II. Beirut: Dar al-Fikr al-Muassir, 1986.

Zuhaili, Wahbah al-. al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Damaskus: Dar al Fikr, 2003.




DOI: https://doi.org/10.18860/j-fsh.v12i1.7923

Copyright (c) 2020 Muhammad Ngizzul Muttaqin, Nur Fadhilah

Published By:

Shariah Faculty Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Gajayana Street 50 Malang, East Java, Indonesia

 


De Jure: Jurnal Hukum dan Syar'iah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International