Puasa Sebagai Bentuk Pendidikan Karakter
Abstract
Puasa semestinya dipahami sebagai cara Tuhan untuk memperbaiki watak, perilaku, atau akhlak manusia. Oleh karena itu maka, setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka manusia mendapatkan derajat taqwa. Pada saat idul fitri, seseorang yang telah menjalankan puasa disebut telah kembali menjadi fitri, yaitu bagaikan bayi yang baru lahir, tidak memiliki dosa lagi.
Dengan demikian, puasa adalah semacam pelatihan secara menyeluruh, baik dari aspek jasmaninya, pikirannya, dan juga hatinya dengan maksud agar menjadi baik kembali. Secara jasmaniah, tatkala berpuasa, seseorang tidak dibolehkan makan dan minum di siang hari serta meninggalkan hal lainnya yang membatalkan puasanya. Di siang itu, makanan yang halal dan baik saja dilarang dimakan, apalagi yang haram dan tidak baik. Itulah latihan pengendalian diri dari aspek jasmani.
Dengan demikian, puasa adalah semacam pelatihan secara menyeluruh, baik dari aspek jasmaninya, pikirannya, dan juga hatinya dengan maksud agar menjadi baik kembali. Secara jasmaniah, tatkala berpuasa, seseorang tidak dibolehkan makan dan minum di siang hari serta meninggalkan hal lainnya yang membatalkan puasanya. Di siang itu, makanan yang halal dan baik saja dilarang dimakan, apalagi yang haram dan tidak baik. Itulah latihan pengendalian diri dari aspek jasmani.
Keywords
Puasa; Pendidikan; Karakter