NU dan Muhammadiyah di Tingkat Desa dalam Mensikapi Perbedaan Hari Raya
Abstract
Dalam hal menjaga kebersamaan, kerukunan, toleransi dan sejenisnya, orang-orang desa kadangkala lebih lihai. Mereka lebih mengedepankan perasaannya daripada kemampuan nalarnya, lebih-lebih untuk memelihara kerukunan dan kebersamaan. Mereka kadangkala tidak perlu teori, konsep atau apalagi namanya. Suatu pendapat atau pandangan yang telah dianggap benar, maka segera dilaksanakan.
Saya mendapatkan cerita yang cukup menarik, terkait bagaimana orang-orang NU dan orang Muhammadiyah dalam menyikapi perbedaan jatuhnya Iedul fitri yang baru saja lewat. Seperti yang saya tulis tentang NU dan Muhammadiyah di tingkat desa beberapa hari yang lalu, hubungan mereka sudah sangat baik. Di antara mereka seolah-olah sudah tidak terjadi lagi perbedaan yang menyolok. Orang NU sudah mau sholat di masjid Muhammadiyah dan begitu juga sebaliknya. Bahkan, tatkala orang NU memperbaiki masjidnya, tidak sedikit orang Muhammadiyah membantu.
Saya mendapatkan cerita yang cukup menarik, terkait bagaimana orang-orang NU dan orang Muhammadiyah dalam menyikapi perbedaan jatuhnya Iedul fitri yang baru saja lewat. Seperti yang saya tulis tentang NU dan Muhammadiyah di tingkat desa beberapa hari yang lalu, hubungan mereka sudah sangat baik. Di antara mereka seolah-olah sudah tidak terjadi lagi perbedaan yang menyolok. Orang NU sudah mau sholat di masjid Muhammadiyah dan begitu juga sebaliknya. Bahkan, tatkala orang NU memperbaiki masjidnya, tidak sedikit orang Muhammadiyah membantu.
Keywords
NU; Muhammadiyah; Desa; Perbedaan; Hari; Raya