Kehati-hatian Kyai dalam Mengajar

Rector - -

Abstract


Di dunia pesantren tidak banyak diajarkan tentang metodologi pengajaran. Hanya para santri di tahap-tahap awal mereka masuk pesantren, biasanya disuruh mengaji kitab kecil bernama ta’lim muta’alim. Kitab berukuran tipis itu mengajarkan kepada santri tentang bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan. Menata dan meluruskan niat, membangun komunikasi dengan guru, mendapatkan dan memanfaatkan ilmu yang akan diperoleh kelak, semua itu dibahas dalam kitab sederhana itu.
Kitab kecil itu oleh kalangan tertentu, isinya dianggap kurang tepat dipelajari para santri zaman sekarang. Kitab itu dinilai terlalu memperlakukan sang guru secara berlebih-lebihan. Guru dalam hal ini kyai, terlalu dikultuskan. Padahal, guru adalah manusia biasa yang bisa saja lupa dan melakukan kesalahan. Murid dianggap sebagai pihak yang posisinya terlalu rendah. Posisi guru dan murid dalam kitab itu digambarkan berada pada jarak yang jauh. Dalam pendidikan yang harus dikembangkan adalah dialog. Dan itu terjadi jika di antara masing-masing pihak memiliki kesetaraan. Sekalipun kitab itu mendapatkan kritik, tetapi model pendidikan pesantren, khususnya pesantren salaf, tidak pernah berubah. Pendidikan pesantren, apapun hasilnya, tetap diminati oleh banyak santri.

Keywords


Kehati; hatian; Kyai; Mengajar

Full Text:

PDF PS