Analisis Efektivitas Biaya Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Demam Tifoid Anak di Instalasi Rawat Inap Shofa dan Marwah PKU Karangasem Muhammadiyah Paciran Tahun 2019

Shofi Nurul Hidayah, Abdul Hakim, Ach Syahrir, Wirda Anggraini

Abstract


Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi. Pengobatan untuk demam tifoid berupa terapi simtomatik dan terapi antibiotik. Cost-effectiveness Analysis (CEA) adalah salah satu pendekatan farmakoekonomi untuk mengetahui perbandingan efektivitas hasil terapi dan biaya dari beberapa alternative terapi yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas biaya terapi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid anak secara farmakoekonomi dengan pendekatan analisis efektivitas biaya di Instalasi Rawat Inap PKU Karangasem Muhammadiyah Paciran dan untuk mengetahui terapi antibiotik yang paling cost-effective. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat observasional dengan pengambilan data secara retrospektif. Data diambil dari rekam medis pasien rawat inap demam tifoid anak di PKU Karangasem Muhammmadiyah Paciran tahun 2019. Parameter yang digunakan adalah lama rawat inap, waktu bebas demam, dan total biaya medis langsung yang meliputi biaya obat, biaya alat kesehatan, biaya rawat inap, biaya laboratorium, dan biaya dokter. Pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 29 pasien. Antibiotik yang digunakan adalah Seftriakson dan Sefotaksim. Efektivitas biaya dinyatakan dalam ACER (Average Cost Effectiveness Ratio) yang diperoleh dari rerata total biaya medis langsung dibagi dengan rerata outcome klinis. Nilai ACER dari antibiotik Seftriakson Rp.346.357,04/hari untuk lama rawat inap dan Rp.447.853,61/hari untuk lama waktu bebas demam, dan Sefotaksim Rp.390.452,88/hari untuk lama rawat inap dan Rp.489.655,89/hari untuk lama waktu bebas demam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa antibiotik yang paling cost-effective yaitu Seftriakson.


References


Cucha, B.A. 2009. Essensial antibiotik edis 7. Jakarta: Departemen Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2008a. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2008b. Riset Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2013. Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan.

Dinkes Prov. Jatim. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. (Online). www.depkes.go.id.

DiPiro J, et al. 2011. Pharmacotherapy: a Pathophysiologic Approach Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Fithria Fillah Risha, Kiki Damayanti, dan Risma Putri Fauziah. 2015. Perbedaan Efektivitas Antibiotik pada Terapi Demam Tifoid di Puskesmas Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2014. Prosiding Seminar Nasional Peluang Herbal Sebagai Alternatif Medicine. FKUI.

Hammad, O., Hifnawy, T., Omran, D., Anwar, M., Girgis, N. 2011. Ceftriakson versus kloramfenikol for Treatment of Acute Typhoid Fever. Life Science Journal 8: 100-105.

Kaneshiro, N.K., and Zieve, D., 2010, Fever.Universityo of Wasington. Dalam: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. (Dikutip 29 September 2012).

Katzung, B.G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2013. Buku Pedoman Farmakoekonomi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Musnelina Lili, dkk. 2004. Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Demam Tifoid Anak Menggunakan Kloramfenikol dan Seftriakson di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Jurnal Maraka Kesehatan. Vol. 8. No. 2: 59-64.

Nelwan R.H.H. 2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid, Continuing Medical Education, CKD. 39: 2467-250.

Novita, Yulinda. 2009. Prevalensi Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah dari Bulan JUli 2008 sampai Juli 2009. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Oktafiani Eka. 2017. Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Injeksi Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2016. Skripsi. Surakarta: Farkultas Farmasi. Universitas Setia Budi Surakarta

Puspitarini, dkk. 2009. Analisis Average Length of Stay (AvLOS) Pasien Rawat Inap pada Kasus Typhoid Fever di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Periode Tri Wulan IV Tahun 2008. Jurnal Kesehatan. 3:84-93.

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Rizka Gina H, Esy Nuasy, Ressi Susanti. 2016. Analisis Efektivitas Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Rawat Inap Demam Tifoid Anak di RSUD Sultan Syarif Mohammad Alkadrie Kota Pontianak. Jurnal Kesehatan. 3:84-93.

Sari, Ajeng Permana. 2017. Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Antibiotik pada Anak Penderita Demam Tifoid di RSUD X 2016. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sidabutar S, dan Hindra LS. 2010. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada Anak: Kloramfenikol atau SEftriakson? Sari Pediatrik. Vol.11.

Sutriyati Teti T. 2017. Cost-Effectiveness Analysis Terapi Antibiotik Seftriakson dan Sefotaksim pada Pasien Tifoid di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto. Jurnal Entropi. Vol. 12. No.1.

WHO. 2011. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. Diakses 15 mei 2019.




DOI: https://doi.org/10.18860/jip.v5i2.9819

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Shofi Nurul Hidayah



© 2023 Journal of Islamic Pharmacy