BAITUL MAL IN SAMBAS IN THE COLONIAL PERIOD: The History of Establishment And Management

Sunandar Sunandar, Beti Yanuri Posha, Lamazi Lamazi, Henny Yusnita

Abstract


Baitul Mal management in the Sultanate of Sambas started from the establishment of Ulama’s official institution, so the state could supervise the religious issues. Through the Maharaja Imam, Muslim affairs were handled. The permanent management improvement of Baitul Mal in the Sultanate of Sambas was started in 1944, through Ulama’s discussion in the Sambas Kingdom consisting of Imam, Khatib, and Penghulu. They formulated 37 articles concerning the cost of marriage, divorce, reconciliation, alms (zakat māl, and zakat fitrah), procedures for withdrawal, distribution, and the eligible recipients of funds. The Baitul Mal founding was interfered by a fundamental problem, caused by political issues within Sambas society. Those issues included Japan’s defeat in 1945, the NICA arrival followed by the Dutch expulsion in 1949, and the PGRS-PARAKU incidents until 1965. Since the early days, Baitul Mal management in Sambas has found its form and can move social life through the funds distribution, one of which is to support the schools in Sambas. Baitul Mal in Sambas is currently in crisis due to the existence of new zakat institutions both semi-government and private such as Badan Amil Zakat (BAZ). Therefore, they really need to have the people-oriented management.


Pengelolaan Baitul Mal di wilayah Kesultanan Sambas dimulai dari pembentukan lembaga resmi ulama, sehingga pengurusan masalah keagamaan ditangani oleh negara. Melalui Maharaja Imam, urusan Muslim ditangani. Perbaikan pengelolaan Baitul Mal secara permanen di Kesultanan Sambas dimulai pada tahun 1944, melalui musyawarah yang dihadiri oleh para ulama di Kerajaan Sambas yang terdiri dari Imam, Khatib dan Penghulu. Dalam rapat tersebut dirumuskan 37 pasal tentang masalah biaya perkawinan, perceraian, rukun, sedekah (zakat mal dan zakat fitrah), tata cara penarikan, penyaluran /distribusi dana dan orang-orang yang berhak menerimanya. Pembentukan Baitul Mal mengalami masalah yang mendasar, yang diakibatkan oleh masalah politik yang dihadapi oleh masyarakat Sambas, mulai dari kekalahan Jepang kepada Sekutu pada tahun 1945, yang diikuti kedatangan NICA hingga pengusiran Belanda pada tahun 1949, peristiwa PGRS-PARAKU hingga tahun 1965. Manajemen Baitul Mal di Sambas sejak masa awal telah menemukan bentuknya dan mampu menggerakkan kehidupan sosial melalui distribusi dananya, salah satunya adalah menopang sekolah/madrasah yang terdapat di Sambas. Dalam carut marut pengelolaan Baitul Mal di Sambas saat ini yang ditandai dengan munculnya beragam lembaga dengan label Badan Amil Zakat (BAZ), semi pemerintah maupun swasta maka sangat dibutuhkan pengelolaan yang beorientasi pada kepentingan umat.


Keywords


baitul mal; maharaja imam; sambas; zakat;

Full Text:

PDF

References


Budiman, Moch. Arif. “Melacak Praktik Pengelolaan Zakat Di Indonesia Pada Masa Pra-Kemerdekaan.” Jurnal Khazanah IV, no. 1 (2005): 53–69.

Dudung Abdurrahman. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.

Effendi, Mahrus. Riwayat Hidup dan Perjuangan Maharaja Imam Sambas. Jakarta: Dian Kemilau, 1995.

Fauzi, Amelia, Ary Hermawan. “Ketegangan antara Kekuasaan dan Aspek Normatif Filantropi dalam Sejarah Islam di Indonesia.” Dalam Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi Islam, disunting oleh Idris Thaha. Jakarta: Teraju, t.t.

Fredrik, G. “Sungai Raya Afdeling Sambas: Mendapat Selembar Circulaire Maharaja Imam.” Borneo Barat Bergerak 15, no. 1 (Mei 1920): 7–8.

Gottschalk, Louis, dan Nugroho Notosusanto. Mengerti sejarah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1985.

Helius Sjamsuddin. Metodologi sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016.

Hurgronje, C. Snouck. Islam di Hindia Belanda, terj. S. Gunawan. Terjemah S. Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1996.

Imran, Muhammad Basiuni. “Jawaban atas Pertanyaan G. Fredrik’,dalam Majalah Borneo Barat Bergerak N0. 17 1 Juni 1920 Tahoen 1.” Majalah Borneo Barat Bergerak. Pontianak, 1920.

Isma’il, Ibnu Qoyim. Kiai Penghulu Jawa: Peranannya di Masa Kolonial. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Loir, Henri Chambert -. “Beberapa Aspek Peradilan Agama Islam di Kesultanan Pontianak Tahun 1880-an.” Dalam Sultan, Pahlawan dan Hakim: Lima Teks Indonesia Lama, disunting oleh Henri Chambert-Loir, 93–109. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011.

Lukito, Ratno. Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia,. Jakarta: INIS, 1998.

Manuscripts. Nama2 Pegawai2 Agama jang berhak mendapat bahagian dari wang Nikah dan tjerai dalam Keradjaan Sambas, 25 Itjigatsoe 2604. Sambas, 1940.

Manuscripts. Peraturan Baitul Mal 2604, 1944.

Manuscripts. Peraturan Baitul Mal, 2604., 1944.

Manuscripts. Soerat Idzin Sultan Sambas, No.1/1935. Sambas, 1935.

Noer, Deliar. Administrasi Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali, 1983.

Pijper, G. F. Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Terjemahan. Jakarta: UI Press, 1985.

Pranoto, Suhartono W. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Sarkowi, S., dan Agus Susilo. “Akar Historis Formalisasi Hukum Islam di Nusantara.” Jurnal Sejarah Citra Lekha 5, no. 1 (2020): 14–27. https://doi.org/10.14710/jscl.v5i1.21697.

Steenbrink, Karel A. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Suminto, Aqib. Politik Islam Hindia Belanda: Het Kantoor voor Inlandsche zaken. Jakarta: LP3ES, 1996.

Sunandar. Peran Maharaja Imam Muhammad Basiuni Imran dalam Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Kerajaan Alwatzikhobillah Sambas 1913-1976. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2012.

Sunandar. “Sejarah Pengelolaan Baitul Mal di Sambas: Studi Penerapan Hukum Adat dan Hukum Islam di Masa Muhammad Basiuni Imran.” Falsafah III, no. 1 (2017): 101–12.

Sunandar, Duski Ibrahim dan Nor Huda. “Resonansi Maharaja Imam Muhammad Basiuni Imran (1885-1976) Di Sambas.” Medina-Te 15 (2019): 142–43. https://doi.org/10.19109/medinate.v15i1.3542.

Sunandar, Sunandar. “Melacak Hubungan Kesultanan Sambas dan Bugis (Studi Awal terhadap Naskah Tuhfat al-Nafis)” 4, no. 2 (2014): 117–25. https://doi.org/DOI: 10.24260/khatulistiwa.v5i2.656.

Sunandar, Sunandar, Tomi Tomi, dan Lamazi Lamazi. “Kebinekaan Melayu: Studi Melayu Sambas dalam Lintasan Sejarah dan Budaya.” Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya 4, no. 2 (29 Juni 2021): 159–78. https://doi.org/10.33652/handep.v4i2.145.




DOI: https://doi.org/10.18860/j.v12i1.10942

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Published By:

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50, 65144 Malang, East Java, Indonesia
Telp./Fax.: (0341) 559399
Email: jurisdictie@uin-malang.ac.id


Abstacting & Indexing :

Creative Commons License
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.