KONTROVERSI KEMAKSUMAN RASUL ÛLU Al-'AZMI DALAM AL-QUR’AN (Studi Komparatif Tafsir Al- Thabarsi dan Al-Qurthubi)

Muhammad Tajuddin

Abstract


Para Rasul dari golongan  Ûlu Al-’Azmi  tidak luput dari teguran-teguran yang Allah SWT alamatkan kepada mereka. Meskipun golongan tersebut adalah golongan yang memiliki derajat yang paling tinggi diantara Rasul yang lainnya dan pada umat manusia pada umumnya. Teguran-teguran yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut tentulah membutuhkan penafsiran dan penjelasan dari kalangan mufassir agar tidak terjadi pemahaman yang salah. Tesis ini bertujuan untuk mengetengahkan penafsiran dengan metode komparatif yang dilakukan oleh Al-Thabarsi dan Al-Qurthubi yang mereka tuangkan dalam tafsir Majma’ Al-Bayan dan Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Perbandingan ini dimaksudkan ketika berhadapan dengan ayat-ayat yang seolah bertentangan dengan kemksuman para Rasul, Al-Thabarsi dari kalngan Syi’ah berusaha memahami ayat-ayat dengan memalingkan makna kalimat pada ayat tersebut kepada makna yang lebih “aman”, sedangkan Al-Qurthubi dari kalangan Sunni memahami ayat-ayat yang seolah bertentangan dengan kemaksuman para Rasul tersebut adalah perbuatan keliru para Rasul yang sebenarnya memang tidak dianggap dosa jika dilakukan oleh orang selain beliau, semua ini karena adanya perbedaan dan persamaan latar belakang keduanya dari segi metode penafsiran, mazhab yang mereka anut, guru-guru, dan lain-lain. Hasil dari penelitian ini terhadap penafsiran Al-Thabarsi dan Al-Qurthubi yang relatif sama diharapkan sanggup menjadi jendela untuk memahami aqidah golongan Syiah dan Sunni pada umumnya, terutama yang berhubungan dengan kemaksuman para Rasul. Penafsiran mereka berdua ini juga mungkin sanggup menjadi salah satu alternaif bagi mereka yang merasa risih dengan adanya tuduhan kesalahan-kesalahan yang dialamatkan kepada para Rasul.


Keywords


Kontroversi, Kemaksuman, Rasul, Ulu Al-‘Azmi, Al-Qur’an, Al-Thabasri dan Al- Qurthubi

References


Alauddin, Muhammad Bin. 1997. Syarah Thâwiyah, Jld. 2. Beirut: Muassasah Ar-Risâlah.

Al-Qaththan, 1990. Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Quran. Riyad: Mansyurat al-‘Ashar al-Hadis.

Al-Qurthubi. al-Jâmi’ Li Aḫkâm Al-Qur’an, jilid. 13.

Al-Thabars. Majma’ Al-Bayan, jld. 8.

Al-Zahbi, Muhammad Husain. Tafsir Wal Mufassirun, Juz 2.

As-Sabhani, Ayatullah Ja’far. Asykh Al-Thabarsi Imam Al- Mufassirin fii Al-Qarni As-Sadis Hayatuhu wa Astruhu.

As-Su’udi, Rabi’ bin Mas’ud. 1414 H. As-Syi’ah al-Imâmiyah al-Itsna Asyariah Fi Mîzân al-Islam. Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah

At-Tamimi, Muhammad bin Khifah bin Ali. 1997. Huqûq Al-Rasul Alâ Ummatihi Fi Dauil Kitâb Wa Sunnah. Riyadh: Maktabah Adhwa as-Salaf.

Az-Zuhali, Wahbah. 1481 H. Al-Tafsîr Al-Munîr. Damaskus: Dâr Al-Fikr

Dzahabi, Muhammad Hussaīn. Tafsīr wa al-Mufassīrūn, Juz. 2.

Farmawy, Abdul Hayy. 1997. Albidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’I.

Goldzhier, Ignaz. 1983. Mazhab Tafsir. Beirut: Dar-Iqra’.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Sunni-Syi’ah, disunting pada tggl.21-Juli-2017. Jam.16.11

Ma’rifah, Muhammad Hadi. 1416 H. Al-Tamhîd Fî Ulûm Al-Qur’ân, jld. 3. tt.p,Muassasah Al-Nasyr Al-Islâmi.

Shihab, Quraish. 2014. Sunnah dan Syi’ah Mungkinkah Bergandengan Tangan. Tangerang: Lentera Hati.

Sirry, Mun’im. 2013. Polemik Kitab Suci. Jakarta: Kompas Gramedia.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.



 

Lisensi Creative Commons

TAMADDUN is licensed under CC-BY-SA