Symbolic Meaning of Kesandingan Ritual in Probolinggo

Nurhadi Nurhadi, Faisol Faisol, Faisal Mahmoud Adam Ibrahim

Abstract


Kesandingan, one of the rituals in Probolinggo, East Java, is a cultural phenomenon that mingles with religious elements of society. It is something sacred and mystical that parents do when a toddler (an infant under three years old) experiences heat illness for days, tends to be fussy, cries a lot, and cannot sleep at night. This research aims to explain the process of symbolic communication of kesandingan ritual and to understand the symbolic meaning behind the ritual. It is a descriptive-qualitative study through observation, in-depth interviews, and documentation. The data analysis uses a qualitative-naturalistic technique. The result demonstrates that the symbolic communication process of kesandingan ritual in Mentor, Sumberasih, Probolinggo, comprises seven series: burning incense, wiping incense smoke on the child's face, giving the child holy water to drink, wiping the child with floral water, preparing food, making a wish on the child's bed, and distributing food. Meanwhile, the symbolic meaning of kesandingan ritual refers to divine, social and personal dimensions.

 

Ritual kesandingan merupakan salah satu ritual masyarakat Probolinggo Jawa Timur yang sudah menjadi fenomena budaya yang berbaur dengan unsur religi masyarakat. Ritual kesandingan merupakan sesuatu yang sakral dan mistis yang dilakukan orang tua saat anak batita (bawah tiga tahun) mengalami sakit panas berhari-hari, rewel, kerap menangis dan tidak bisa tidur terutama malam hari. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan proses komunikasi simbolik ritual kesandingan dan memahami makna simbolik dibalik ritual tersebuat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif, pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan teknik analisa data kualitatif-naturalistik. Sebagai hasilnya, diketahui bahwa proses komunikasi simbolik ritual kesandingan di desa Mentor Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo meliputi tujuh rangkaian yaitu: membakar kemenyan, mengusap asap kemenyan ke wajah anak, memberi minuman kepada anak dengan air doa, mengusap wajah anak dengan air bunga, menyiapkan makanan, memanjatkan doa ditempat tidur anak, dan membagikan makanan. Sedangkan makna simbolik ritual kesandingan mencakup tiga dimensi, yaitu: dimensi ketuhanan, sosial, dan personal.


Keywords


Symbolic Meaning, Kesandingan Ritual.

Full Text:

PDF

References


Briggs, C. L., & Nichter, M. (2018). Ethnomedicine. The International Encyclopedia of Anthropology, 1-3.

Cassirer, E. (1987). Manusia dan kebudayaan: Sebuah Essai Tentang Manusia. Transl. Alois A. Nugroho. Jakarta: Gramedia.

Damami, M. (2002). Makna Agama dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: LESFI.

Endaswara, S. (2002). Mistik Kejawen (Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa). Penelitian Humaniora, 73-74.

Fashri, F. (2007). Penyingkapan Kuasa Simbol, Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Jux Tapos.

Fisher, B. A. (1986). Teori-teori Komunikasi: Perspektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional, dan Pragmatis. Bandung: Remadja Karya.

Geertz, C. (1992). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Harwanto, B. (2020). Contextualized Tirakat Form to Christian

Spiritual Formation among Javanese. Klabat Theological Review, 1(1), 49-62.

Herusatoto, B. (2001). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Hilmi, D. & Sa'diyah, H. (2020). The Meaning of Rebbe Ritual as an Interpretation of Shadaqah Jariyah in Probolinggo. El Harakah, 22(1), 19-37.

Huda, S. (2020). Sufi Healing Commodification throughout East Java Urban Environments. El Harakah, 22(2), 287-307.

Iskandar, P. (1981). Perilaku Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit pada Bayi dan Anak. Laporan HEDERA 4. Yogyakarta: PPSPK, Universitas Gajah Mada.

Jacobs, J. (2011). The Cross-Generational Transmission of Trauma: Ritual and Emotion among Survivors of the Holocaust. Journal of Contemporary Ethnography 40(3), 342,361. https://doi.org/10.1177/0891241610387279.

Joyomartono, M. (2007). Paparan Kuliah Penghantar Antropologi Kesehatan. Semarang: Unnes Press.

Kardila, S. A. (2016). Ritual Pengobatan Turun Jin di Desa Rimba Melintang Kecamatan Rimba Melintang kabupaten Rokan Hilir. KOBA 3(1), 11-22.

Koentjaraningrat (1985). Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat (1994). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Manan, A. (2020). Islamic Educational Values in Life-Cycle Rituals: An Ethnographic Study in Kluet Timur Community, Aceh, Indonesia. In Global Perspectives on Teaching and Learning Paths in Islamic Education (pp. 118-134). IGI Global.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyana, A. (2017). Sekaten tradition: The ritual ceremony in Yogyakarta as acculturation reality of Javanese culture in Indonesia. International Journal of Humanities and Social Science Studies, 4 (2), 50-61.

Munip, A. (2018). The Rool of Al-Jailani's Hagiography Among Javanese Muslim in Yogyakarta. el-Harakah 20(2), 135.

Niken, E., & Herawati, E. N. (2019, June). Nyadran Ceremony as an Introduction to Art in Kulonprogo Regency. In International Conference on Art and Arts Education (ICAAE 2018) (pp. 242-244). Atlantis Press.

Paloma, M. M. (2004). Sosiolagi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prawirorahardjono, P. (1986). Ngesti Kasampurnan. Jakarta: Depdikbud.

Ridwan, M., & Sulaeman, S. (2020). Revisiting Traditional Communication in Indonesia: Why do Self-Immunity Rituals of Pelauw Indigenous Community, Moluccas. Technium Social Sciences Journal, 14, 173-192.

Rohma, Z. F. (2020). Sufistic Spirituality: Joint motive study in the tarekat Zawiyah Naqsabandiyah Haqqani Yogyakarta. El Harakah, 22(1), 59.

Rubaidi, R. (2019). Java Islam: Relationship of Javanese culture and Islamic mystism in the post-colonial study perspective. El Harakah, 21(1), 19.

Sakai, M. (2017). Still remembering the origins: The continuity of syncretic Islamic practice among the Gumay (Gumai) in South Sumatra, Indonesia. Indonesia and the Malay World, 45(131), 44-65.

Sande, A. (2000). The Norwegian “russefeiring”. The use of alcohol as a ritual in the “rite of passage” to adulthood. Nordic Studies on Alcohol and Drugs, 17(5-6), 340-354. https://doi.org/10.1177/14550772500017005-603

Sari, D. P., Susanto, D., & Marimin, M. (2020). The Form of Kejawen Islam in Nyanggar Janur Kuning Rituals in Indonesia. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 7(1), 623-628.

Sidorchuk, A. L. (2018). Childhood Trauma and the Feminine Principle: Healing Through Myth, Ritual, Dreamwork, and Embodiment (Doctoral dissertation, Pacifica Graduate Institute).

Sihabudin, A. (2011). Komunikasi Antar Budaya Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Simuh (1996). Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Sobur, A. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiono (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Susanto, P. H. (1987). Mitos Menurut Pengertian Mircea Eliade. Yogyakarta: Kanisius.

Watkins, N. (2020). And God Said,“Let There Be Ritual....”. International Bulletin of Mission Research, 44(2), 153-163. https://doi.org/10.1177/2396939319832

Zainuddin, I. (2019). Merawat Keberagaman Dalam Keragaman. Yogyakarta: Magnun Pustaka Utama.




DOI: https://doi.org/10.18860/eh.v23i1.10545

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang