Symbolic Meaning of Kesandingan Ritual in Probolinggo
Abstract
Ritual kesandingan merupakan salah satu ritual masyarakat Probolinggo Jawa Timur yang sudah menjadi fenomena budaya yang berbaur dengan unsur religi masyarakat. Ritual kesandingan merupakan sesuatu yang sakral dan mistis yang dilakukan orang tua saat anak batita (bawah tiga tahun) mengalami sakit panas berhari-hari, rewel, kerap menangis dan tidak bisa tidur terutama malam hari. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan proses komunikasi simbolik ritual kesandingan dan memahami makna simbolik dibalik ritual tersebuat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif, pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan teknik analisa data kualitatif-naturalistik. Sebagai hasilnya, diketahui bahwa proses komunikasi simbolik ritual kesandingan di desa Mentor Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo meliputi tujuh rangkaian yaitu: membakar kemenyan, mengusap asap kemenyan ke wajah anak, memberi minuman kepada anak dengan air doa, mengusap wajah anak dengan air bunga, menyiapkan makanan, memanjatkan doa ditempat tidur anak, dan membagikan makanan. Sedangkan makna simbolik ritual kesandingan mencakup tiga dimensi, yaitu: dimensi ketuhanan, sosial, dan personal.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Briggs, C. L., & Nichter, M. (2018). Ethnomedicine. The International Encyclopedia of Anthropology, 1–3.
Cassirer, E. (1987). Manusia dan kebudayaan: Sebuah essai tentang manusia (Alois A. Nugroho, Trans.). Jakarta: Gramedia.
Damami, M. (2002). Makna agama dalam masyarakat Jawa. Yogyakarta: LESFI.
Endaswara, S. (2002). Mistik Kejawen (Sinkretisme, simbolisme, dan sufisme dalam budaya spiritual Jawa). Penelitian Humaniora, 73–74.
Fashri, F. (2007). Penyingkapan kuasa simbol: Apropriasi reflektif pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Jux Tapos.
Fisher, B. A. (1986). Teori-teori komunikasi: Perspektif mekanistis, psikologis, interaksional, dan pragmatis. Bandung: Remadja Karya.
Geertz, C. (1992). Tafsir kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Harwanto, B. (2020). Contextualized tirakat form to Christian spiritual formation among Javanese. Klabat Theological Review, 1(1), 49–62.
Herusatoto, B. (2001). Simbolisme dalam budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Hilmi, D., & Sa’diyah, H. (2020). The meaning of rebbe ritual as an interpretation of shadaqah jariyah in Probolinggo. El Harakah, 22(1), 19–37.
Huda, S. (2020). Sufi healing commodification throughout East Java urban environments. El Harakah, 22(2), 287–307.
Iskandar, P. (1981). Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit pada bayi dan anak. Laporan HEDERA 4. Yogyakarta: PPSPK, Universitas Gajah Mada.
Jacobs, J. (2011). The cross-generational transmission of trauma: Ritual and emotion among survivors of the Holocaust. Journal of Contemporary Ethnography, 40(3), 342–361. https://doi.org/10.1177/0891241610387279
Joyomartono, M. (2007). Paparan kuliah penghantar antropologi kesehatan. Semarang: Unnes Press.
Kardila, S. A. (2016). Ritual pengobatan turun jin di Desa Rimba Melintang Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir. KOBA, 3(1), 11–22.
Koentjaraningrat. (1985). Ritus peralihan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Manan, A. (2020). Islamic educational values in life-cycle rituals: An ethnographic study in Kluet Timur Community, Aceh, Indonesia. In Global Perspectives on Teaching and Learning Paths in Islamic Education (pp. 118–134). IGI Global.
Moleong, L. J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyana, A. (2017). Sekaten tradition: The ritual ceremony in Yogyakarta as acculturation reality of Javanese culture in Indonesia. International Journal of Humanities and Social Science Studies, 4(2), 50–61.
Munip, A. (2018). The role of Al-Jailani’s hagiography among Javanese Muslim in Yogyakarta. El Harakah, 20(2), 135.
Niken, E., & Herawati, E. N. (2019, June). Nyadran ceremony as an introduction to art in Kulonprogo Regency. In International Conference on Art and Arts Education (ICAAE 2018) (pp. 242–244). Atlantis Press.
Paloma, M. M. (2004). Sosiologi kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prawirorahardjono, P. (1986). Ngesti Kasampurnan. Jakarta: Depdikbud.
Ridwan, M., & Sulaeman, S. (2020). Revisiting traditional communication in Indonesia: Why do self-immunity rituals of Pelauw indigenous community, Moluccas. Technium Social Sciences Journal, 14, 173–192.
Rohma, Z. F. (2020). Sufistic spirituality: Joint motive study in the Tarekat Zawiyah Naqsabandiyah Haqqani Yogyakarta. el Harakah: Jurnal Budaya Islam, 22(1), 59. https://doi.org/10.18860/el.v22i1.8602
Rubaidi, R. (2019). Java Islam: Relationship of Javanese culture and Islamic mysticism in the post-colonial study perspective. El Harakah, 21(1), 19. https://doi.org/10.18860/el.v21i1.6066
Sakai, M. (2017). Still remembering the origins: The continuity of syncretic Islamic practice among the Gumay (Gumai) in South Sumatra, Indonesia. Indonesia and the Malay World, 45(131), 44–65.
Sande, A. (2000). The Norwegian “russefeiring”: The use of alcohol as a ritual in the “rite of passage” to adulthood. Nordic Studies on Alcohol and Drugs, 17(5–6), 340–354. https://doi.org/10.1177/14550772500017005-603
Sari, D. P., Susanto, D., & Marimin, M. (2020). The form of Kejawen Islam in Nyanggar Janur Kuning rituals in Indonesia. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding, 7(1), 623–628.
Sidorchuk, A. L. (2018). Childhood trauma and the feminine principle: Healing through myth, ritual, dreamwork, and embodiment (Doctoral dissertation, Pacifica Graduate Institute).
Sihabudin, A. (2011). Komunikasi antar budaya satu perspektif multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Simuh. (1996). Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Sobur, A. (2003). Semiotika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Susanto, P. H. (1987). Mitos menurut pengertian Mircea Eliade. Yogyakarta: Kanisius.
Watkins, N. (2020). And God said, “Let there be ritual....” International Bulletin of Mission Research, 44(2), 153–163. https://doi.org/10.1177/2396939319832
Zainuddin, I. (2019). Merawat keberagaman dalam keragaman. Yogyakarta: Magnun Pustaka Utama.
DOI: https://doi.org/10.18860/eh.v23i1.10545
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |