Solidaritas Tuna Netra
Abstract
Sekali-kali kalau lagi kecapekan, saya mengundang juru pijat ke rumah. Tidak selalu, biasanya tiga atau empat bulan sekali. Pemijat profesional langganan saya tersebut kebetulan seorang tuna netra. Menurut ceritanya, ia mendapatkan ketrampilan memijat dari kursus hingga berhasil mendapatkan sertifikat. Sudah cukup lama saya menggunakan jasanya, karena merasa cocok betul dengan kualitas pelayanannya.
Pak Abu, begitu saya menyebut namanya, -------menurut pengakuannya sendiri, sebenarnya masih bisa melihat sekalipun hanya sebatas remang-remang dan dalam jarak pendek. Oleh karena itu, ia masih bisa mendatangi para pelanggannya, asalkan di siang hari. Sebagaimana keluarga normal lainnya, juru pijat profesional ini memiliki isteri dan beberapa anak. Mereka hidup dari penghasilan jasa memijat itu.
Pak Abu, begitu saya menyebut namanya, -------menurut pengakuannya sendiri, sebenarnya masih bisa melihat sekalipun hanya sebatas remang-remang dan dalam jarak pendek. Oleh karena itu, ia masih bisa mendatangi para pelanggannya, asalkan di siang hari. Sebagaimana keluarga normal lainnya, juru pijat profesional ini memiliki isteri dan beberapa anak. Mereka hidup dari penghasilan jasa memijat itu.
Keywords
Solidaritas; Tuna; Netra