Pengangguran Sarjana
Abstract
Setiap liburan hari raya, saya selalu menyempatkan mudik, atau pulang kampung. Ketemu famili, teman lama dan yang paling penting “orang tua” adalah menjadi semacam ritual rutin yang tak boleh dilewatkan setiap tahunnya. Memang, kegiatan mudik ini tak ada yang mengharuskan, tetapi jika absen akan selalu menjadi bahan pertanyaan famili dan tetangga dekat, mengapa tak pulang. Entah mengapa, masyarakat desa menamai “pulang”. Padahal sudah lama saya meninggalkan kampung, dan tak pernah merasa memiliki rumah lagi di sana. Anehnya, saya dan juga isteri dan anak-anak ikut-ikutan menyebutnya “pulang”. Sudah mendekati 30 tahun, saya meninggalkan kampung dan telah berumah tangga di kota, tetapi masih saja berperasaan berumah di kampung asal. Ada perasaan yang sulit dilepas, bahwa rumah asli adalah di desa kelahiran, sedang rumah di kota, seolah-olah belum menjadi rumah milik yang sebenarnya. Perasaan seperti ini mungkin juga dialami oleh teman-teman lain yang bernasip sama.
Keywords
Pengangguran; Sarjana