Sunda Wiwitan Baduy: Agama Penjaga Alam Lindung di Desa Kanekes Banten
Abstract
Islam ala Baduy diucapkan dengan syahadat dan diamalkan dengan tapa untuk menjaga dan melestarikan alam warisan karuhun, nenek moyang. Tapa Baduy adalah bekerja di ladang dengan menanam padi sebagai amalan ajaran agama, mengawinkan dewi padi dengan bumi. Tindakan masyarakat Baduy itu berpedoman kepada pikukuh, aturan adat, dengan mematuhi buyut, tabu. Ajaran agama, tapa, pikukuh dan buyut telah mengkonstruksi pribadi-pribadi Baduy yang sederhana dalam menjaga alam lindung Kanekes. Sehingga, kesejahteraan dan kedamaian dapat dirasakan oleh umat manusia. Tulisan ini memaparkan sistem religi dan ritual keagamaan Sunda Wiwitan. Dalam perspektif fenomenologi agama permasalahan itu dikaji dengan metode observasi terlibat langsung dan wawancara mendalam. Ditemukan jawaban bahwa keimanan dan ketaatan umat Baduy kepada Allah tampak dalam tindakan mereka menjaga hutan, sungai dan gunung hidup harmoni. Keimanannya bukan dalam hafalan ataupun penafsiran kitab suci. Sedangkan, 2 ibadah ritualnya dipraktikkan lewat bekerja di ladang dengan aturan adat dan patuh pada tabu supaya panen berhasil dan umat sejahtera. Ibadahnya bukan ingin menjadi manusia yang dihormati ataupun dermawan. Inilah umat Sunda Wiwitan dengan pandangan hidup menjaga alam lindung Kanekes.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ahimsa-Putra, H. S. (2006). Strukturalisme Lévi-Strauss, mitos dan karya sastra (Cet. pertama). Yogyakarta: KEPEL Press.
Danasasmita, S., & Djatisunda, A. (1984). Kehidupan masyarakat Kanekes. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi).
Dhavamony, M. (1995). Fenomenologi agama (Terj.). Yogyakarta: Kanisius.
Djoewisno, M. S. (1987). Potret kehidupan masyarakat Baduy. Banten: Cipta Pratama.
Ekadjati, E. S. (1995). Kebudayaan Sunda (suatu pendekatan sejarah). Jakarta: Pustaka Jaya.
Garna, J. (1987). Orang Baduy. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.
Garna, J. (1988). Perubahan sosial budaya Baduy. In N. Rangkuti (Ed.), Orang Baduy dari inti jagat (pp. 11–12). Yogyakarta: Bentara Budaya.
Garna, J. (1993a). Masyarakat Baduy di Banten. In Koentjaraningrat (Ed.), Masyarakat terasing di Indonesia (pp. 120–152). Jakarta: Departemen Sosial RI, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial dan Gramedia.
Garna, J. (1993b). Orang Baduy di Jawa: Sebuah studi kasus mengenai adaptasi suku asli terhadap pembangunan. In L. T. Ghee & A. G. Gomes (Eds.), Suku asli dan pembangunan di Asia Tenggara (pp. 142–160). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Geertz, C. (1973). The interpretation of cultures: Selected essays. London: Hutchinson.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif (Terj.). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Permana, R. C. E. (2006). Tata ruang masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Rosmana, T., et al. (1993). Kompilasi eksistensi lembaga adat di Jawa Barat. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
Sam, A. S., et al. (1986). Tata kehidupan masyarakat Baduy di Propinsi Jawa Barat. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Spradley, J. P. (2006). Metode etnografi (Edisi ke-2, Terj.). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sudibjo, Z. H. (n.d.). Babad Tanah Jawi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suhada. (2003). Masyarakat Baduy dalam rentang sejarah (Edisi ke-1, Cet. ke-1). Banten: Dinas Pendidikan Propinsi Banten.
Sursa (Suria Saputra). (1950). Naskah 11, Agama. In Baduy. Bogor.
Unggul Azul, S. (1988). Tatkala adzan bergema di Kenekes. In N. Rangkuti (Ed.), Orang Baduy dari inti jagat. Yogyakarta: Bentara Budaya.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.1888
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |