Majelis Dzikir: antara Sadar Spiritual dan Praktek Budaya Massa
Abstract
Manusia diciptakan dengan bekal kesadaran spiritual akan keberadaan Tuhan. Bila dalam perjalanan hidupnya menemukan berbagai masalah, yang pertama-tama dia tuju pada Tuhan. Dari setiap manusia harus merasakan kesadaran itu. Jika kemudian itu adalah kegiatan kesadaran kolektif yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual yang bisa diimplementasikan bersama. Itu adalah lembaga yang diberi Tuhan yang disebut Majelis dzikir. Jika kemudian aktivitas itu dilakukan dengan banyak orang, lama kelamaan beberapa dari mereka tidak tahu persis substansi dan kebajikan dari majelis itu sendiri, tapi hanya mengikuti orang lain saja. Apalagi, banyak kegiatan yang melibatkan massa ditopang oleh orientasi duniawi terhadap kepentingan material, ekonomi dan politik. Maka kegiatan tersebut akan menjadi semacam lahan basah yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan segelintir orang.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Afif, A. (2007). Ustad muda dan industri budaya massa. http://afifiderridean.blogspot.com
Ahira, A. (2007). Manfaat majelis dzikir. http://AnneAhira.com
Bungis, B. M. (2007). Sosiologi komunikasi: Teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana.
Djoko Damono, S. (2004). Kebudayaan massa dalam kebudayaan Indonesia: Sebuah catatan kecil. In S. I. Ibrahim (Ed.), Ecstasy gaya hidup: Kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas Indonesia. Yogyakarta: Mizan.
Ibrahim, S. I. (2004). Ecstasy gaya hidup: Kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
Ibrahim, S. I. (2005). Lifestyle ecstasy: Kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra.
Jumantoro, T., & Amin, M. S. (2005). Kamus ilmu tasawuf. Jakarta: Amzah.
Kuntowijoyo. (2004). Budaya elite dan budaya massa. In S. I. Ibrahim (Ed.), Ecstasy gaya hidup: Kebudayaan pop dalam masyarakat komoditas Indonesia. Yogyakarta: Mizan.
Patters, R. (2010). Budaya massa/mass culture. Kompasiana. https://www.kompasiana.com
Piliang, Y. A. (2003). Hipersemiotika: Tafsir cultural studies atas matinya makna. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.
Rojabi, M. (2006). Horison manusia. Jakarta: Al-Huda.
Shalaby, A. (2001). Kehidupan sosial dalam pemikiran Islam. Jakarta: Amzah.
Sholihin, N. (2003, March 8). Politik: NU dan tradisi istigotsah. Kompas.
Soekanto, S. (1999). Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Strinati, D. (2007). Popular culture: Pengantar menuju teori budaya populer (A. Mukhid, Trans.). Yogyakarta: Jejak.
Taufik. (2005). Fenomena dzikir sebagai eskapisme spiritual masyarakat modern. Suhuf: Jurnal Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 17(2), 131–146.
Yudha, F. A. (2004). Gagap spiritual: Dilema eksistensial di tengah kecamuk sosial. Yogyakarta: Kutub.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2013
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |