The Local Tradition of Magical Practices in Banten Society

Ayatullah Humaeni

Abstract


This article aims to discuss the cultural phenomenon of magical practices in the Muslim society of Banten which still exists up to the present. It is a part of my MA thesis research that has been combined with my recent field research using ethnography method based on the anthropological approach. Magical practices becomes cultural identity for Bantenese society.  Several sources on Banten mention that Banten as a central spot for magical sciences, besides it is also well- known as a religious area. The magical practices are still regarded important for Bantenese people, especially who live in the villages to solve their practical problems in their social life. Magic is a socio-religious phenomenon which has long, well-established roots in Banten society. It  is  traceable from many literatures that describes the uniqueness of Bantenese’s culture. Besides other magical practices debus is the most noticeable appearance of the magical tradition in Banten since the sultanate period until nowadays. The existence of debus Banten and other kinds of magical practices in Banten has strengthened the reputation of Banten as if ‘a haven of magical sciences’.


Tulisan ini mencoba mendiskusikan tentang fenomena kultural mengenai praktek magis pada masyarakat Muslim Banten yang masih ada hingga saat ini. Artikel ini merupakan bagian dari tesis Master saya yang sudah dikombinasikan dengan penelitian lapangan baru-baru ini dengan menggunakan metode etnografi berdasarkan pendekatan antropologis. Praktek magis sudah menjadi identitas kultural bagi masyarakat Banten. Beberapa sumber menyebut Banten sebagai pusat ilmu-ilmu gaib, di samping dikenal sebagai daerah yang religius. Praktek magis masih dianggap penting bagi masyarakat Banten, khususnya yang tinggal di pedesaan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sosial mereka. Magis adalah sebuah fenomena sosio-kultural yang memiliki akar yang cukup lama dan sudah berakar kuat dalam masyarakat Banten. Hal ini bisa dilacak dari banyak literatur yang menjelaskan keunikan dari budaya Banten. Debus adalah bukti paling kongkrit dari tradisi magis di Banten sejak periode kesultanan hingga saat ini, disamping beragam praktek magis yang lainnya. keberadaan debus Banten dan berbagai jenis praktek magis yang lainnya di Banten telah memperkuat reputasi Banten sebagai ‘tempat bersemayamnya ilmu-ilmu magis’.

Keywords


magic; local tradition; Banten

Full Text:

PDF

References


Ahmad, M. A. (2005). Ilmu hikmat di Banten [Dissertation]. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Ali, M., et al. (2007). Peran tokoh tarekat dalam pemberontakan Muslim Banten 1926: Studi kasus K.H. Abdul Hamid Ilyas Muhammad Muqri Al-Quty Labuan (1860–1959). Tela’ah, 2(5), 95–110.

Arifin, I. (1993). Dabus: Ilmu kekebalan dan kesaktian dalam tarekat Rifa’iyah: Kasus Pesantren Nurul Haq Surabaya. Malang: Kalimasahada Press.

Bennett, J. (2006). Crescent moon: Islamic art and civilisation in Southeast Asia. Canberra: National Gallery of Australia.

Bruinessen, M. van. (1995). Kitab kuning, pesantren dan tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Burgel, J. C. (1988). The feather of Simurgh: The “licit magic” of the arts in medieval Islam. New York and London: New York University Press.

Dhofier, Z. (1999). The pesantren tradition: The role of the Kyai in the maintenance of traditional Islam in Java. Arizona: Monograph Series Press, Program for Southeast Asian Studies, Arizona State University.

Dijk, C. van. (2005). Religious authority: We have forgotten God. Paper presented at the final conference of the Dissemination of Religious Authority in 20th Century Indonesia Programme.

Dijk, C. van. (2002). Magic and violence. Paper presented at the 13th annual workshop European Social Science Java Network (ESSJN): Youth and Identity, Marseilles, 2–4 May 2002.

Hadiningrat, K. (1982). Kesenian tradisional debus. Jakarta: Proyek Media Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hamka. (1980). Tasawuf: Perkembangan dan pemurniannya. Jakarta: Yayasan Nurul Islam.

Humaeni, A. (2009). The phenomenon of magic in Banten society [Thesis]. Leiden University, Leiden.

Humaeni, A., et al. (2010). Praktek magis di pesantren Salafy di Banten [Research report]. Jakarta: Ditpertais Kemenag RI.

Kartodirdjo, S. (1966). The peasants’ revolt of Banten in 1888: Its condition, course and sequel. ’S-Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Mauss, M. (1972). A general theory of magic. New York: Routledge Classics.

Nitibaskara, T. R. R. (1993). Reaksi sosial terhadap tersangka dukun teluh di pedesaan Banten Jawa Barat (tahun 1985–1990): Studi kasus Desa S dan A Kecamatan Sajira dan Bojonegara: Suatu kajian kriminologi-antropologi [Dissertation]. Universitas Indonesia, Jakarta.

Paguyuban Keturunan P. A. Achmad Djajadiningrat. (1996). Memoar Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat. Jakarta: Paguyuban Keturunan P. A. Achmad Djajadiningrat.

Raffles, T. S. (1978). The history of Java (Vol. II). Oxford, London & Glasgow: Oxford University Press.

Thaifuri, A. A. (2003). Amalan para ulama Sala. Surabaya: Ampel Mulia.

Vredenbregt, J. (1973). Dabus in West Java. Anthropologica, 15, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI), 129. Leiden: KITLV.

Williams, M. C. (1982). Sickle and crescent: The communist revolt of 1926 in Banten. New York: Monograph Series, Cornell Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2195

Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
ISSN: 1858-4357 | e-ISSN: 2356-1734
Phone: +6282333435641
Fax: (0341) 572533
Email: elharakah@uin-malang.ac.id 
elharakahjurnal@gmail.com
Website: http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang