Pola Interaksi Harmonis antara Mitos, Sakral, dan Kearifan Lokal Masyarakat Pasuruan
Abstract
Tuduhan terhadap misi terselubung dalam istilah kearifan lokal seperti mistisisme, sakralisasi, kejawen, dan sesembahan lelulur merupakan cara pandang yang berlebihan. Melalui studi Antropologi tentang sakralisasi, mitologi, dan kearifan lokal ini dipaparkan makna dan relevansinya terhadap tindakan ritual masyarakat kabupaten Pasuruan dengan upaya membangun wajah dalam harmoni dan interaksi antara budaya lokal dan Islam. Kajian ini menitikberatkan pada dinamika hubungan antara agama dan berbagai kelompok sosio religio kultural melalui interaksi antar kelompok di dalam masyarakat melalui simbol-simbol religius. Setiap tradisi keagamaan memuat simbol-simbol suci yang dengannya orang melakukan serangkaian tindakan untuk menumpahkan keyakinan dalam bentuk melakukan ritual, penghormatan dan penghambaan. Masyarakat Hindu di wilayah Pasuruan pegunungan telah terdorong untuk berasimilasi dengan penduduk muslim. Namun agama Islam yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk adalah Islam nominal namun mencampur adukkan gaya ritual Tengger dan Kejawen, karena mayoritas Muslim di sana menolak bentuk kesalehan Islam yang lebih ketat yang diidentifikasi dengan kebudayaan yang tidak njawani, berbeda dengan muslim pasuruan di dataran rendah karena banyak didominasi oleh keturunan Madura, maka Islamisasi dapat terus dilakukan tanpa harus mencederai kebudayaan lokal yang pada akhirnya justru menyuburkan gerakan anti-Islam.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, T. (1988). Mitos, kewibawaan dan perilaku budaya. Jakarta: Pustaka Grafika Kita.
Artawijaya. (2010). Jaringan Yahudi internasional di Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Beatty, A. (1996). Adam and Eve and Vishnu: Syncretism in the Javanese Slametan. The Journal of the Royal Anthropological Institute, 2.
Beatty, A. (2001). Variasi agama di Jawa: Suatu pendekatan antropologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Boland, B. J. (1982). The struggle of Islam in modern Indonesia. Den Haag: Martinus Nijhoff.
Bowie, F. (2000). The anthropology of religion: An introduction. Oxford: Blackwell Publishers.
Davamony, M. (1977). Fenomenologi agama. Yogyakarta: Kanisius.
Dhofier, Z. (1982). Tradisi pesantren: Studi tentang pandangan hidup kiai. Jakarta: LP3ES.
Dirks, N. B. (1994). Ritual and resistance: Subversion as social fact. In N. B. Dirks et al. (Eds.), Culture/power/history: A reader in contemporary social theory. Princeton: Princeton University Press.
Geertz, C. (1981). Santri, priyayi, abangan dalam masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hefner, R. W. (1985). Hindu Javanese: Tengger tradition and Islam. Princeton: Princeton University Press.
Hefner, R. W. (2000). Islam pasar keadilan: Artikulasi lokal, kapitalisme dan demokrasi. Yogyakarta: LKiS.
Hendroprasetyo. (1993). Mengislamkan orang Jawa: Antropologi baru Islam Indonesia. Islamika, (3).
Koentjaraningrat. (1985). Pokok-pokok antropologi sosial. Jakarta: Dian Press.
Muhaimin, A. G. (2001). Islam dalam bingkai budaya lokal: Potret dari Cirebon. Jakarta: Logos.
Muhaimin, A. G. (1996). Pendekatan multidisipliner, metode penelitian agama dan paradigma antropologi. In E. Aliroso (Ed.), Beberapa paradigma dalam penelitian agama berikut konsekuensi metodologis (pp. xx–xx). Jakarta: Balitbang Depag RI.
Mulder, N. (1999). Agama, hidup sehari-hari dan perubahan budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ricklefs, M. C. (2002). Syeikh Al-Mutamakin dan sejarah Jawa abad XVIII. In A. M. Bizawie (Ed.), Perlawanan kultural agama rakyat (pp. xx–xx). Yogyakarta: SAMHA.
Syam, N. (2005). Islam pesisir. Yogyakarta: LKiS.
Syam, N. (2000). Menelusuri dinamika santri dan perubahan. Majalah Araaira, 40/Th. XIX.
Woodward, M. R. (1991). The Grebeg Maulud in Yogyakarta: Veneration of the Prophet as imperial ritual. Journal of Ritual Studies.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2198
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |