Kearifan Lokal pada Kabanti Masyarakat Buton dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kearifan lokal pada kabanti masyarakat Buton, yaitu (a) mengungkap nilai-nilai kearifan lokal dalam kabanti pada aspek religius, (b) mengungkap nilai-nilai kearifan lokal dalam kabanti pada aspek norma, (c) mengungkap nilai-nilai kearifan lokal dalam kabanti pada aspek sosial, dan (d) mengungkap relevansi nilai-nilai kearifan lokal dalam kabanti dengan pilar-pilar pendidikan karakter. Untuk mendeskripsikan tujuan itu penelitian menggunakan metode analisis isi (content analysis). Sumber data penelitian berasal dari tiga naskah kabanti yang dikarang oleh Haji Abdulu Ganiyyu, Ajonga Inda Malusa, Kulipopo Mainawa, dan Payasa Mainawa. Metode analisis data dipadukan dengan analisis hermeneutik dan analisis semiotik. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa kabanti masyarakat Buton memiliki kandungan nilai-nilai kearifan lokal yang digunakan dan diterapkan oleh masyarakat secara turun-temurun. Dalam kabanti tercermin nilai-nilai kearifan lokal pada empat aspek. Pertama, aspek religius masyarakat Buton sangat kental dengan ajaran Islam. Hal ini tampak pada aktivitas masyarakat, baik dalam hubungan manusia dengan pencipta, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kedua, aspek norma masyarakat Buton memiliki kedisiplinan pada aturan, adil pada penerapan hukum, dan bermawas diri. Ketiga, pada aspek sosial masyarakat Buton memiliki nilai-nilai luhur, kasih sayang, saling peduli, saling menghormati, toleransi pada keberagaman, dan saling menghargai. Keempat, nilai-nilai kearifan lokal pada kabanti masyarakat Buton relevan dengan pilar-pilar pendidikan karakter, sehingga dapat diimplementasikan oleh guru pada pembelajaran karakter.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adimahardja, K. (2008). Dinamika budaya lokal. Bandung: Indra Prahasta dan Pusat Kajian LPPB.
Eco, U. (1976). A theory of semiotics. Bloomington-London: Indiana University Press.
Endraswara, S. (2003). Metodologi penelitian sastra: Epistemologi, model, teori, dan aplikasi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Gunawan, R. (2003). Kearifan lokal dalam tradisi lisan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Haniah. (2007). Dari rekonstruksi ke refleksi: Apresiasi susastra dengan kajian hermeneutik. Jakarta: Pusat Bahasa.
Kramsch, C. (1998). Language and culture. Oxford University Press.
Krippendorff, K. (1993). Content analysis: Introduction to its theory and methodology (F. Wajidi, Trans.). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Low, N. (Ed.). (1999). Global ethics and environment. New York: Routledge.
Maran, R. R. (2007). Manusia dan kebudayaan dalam perspektif ilmu budaya dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Muchir, L. O. A. (2003). Sara pataanguna: Memanusiakan manusia menjadi manusia khalifatullah di bumi Kesultanan Buton. Bau-Bau: Diknas Kabupaten Buton.
Muslich, M. (2011). Pendidikan karakter: Menjawab tantangan krisis multi-dimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Ong, W. J. (2007). Orality and literacy: The technologizing of the word. London and New York: Routledge.
Rahyono, F. X. (2009). Kearifan budaya dalam kata. Jakarta: Wadatama Widya Sastra.
Schoorl, J. W. (1994). Power, ideology and change in state of Buton. Leiden: KITLV.
Supriyoko, K. E. (2005). Pendidikan multikultural dan revitalisasi hukum adat: Dalam perspektif sejarah. Jakarta: Karya Agung.
Sztompka, P. (2008). The sociology of change (Alimandan, Trans.). Jakarta: Prenada Media Group.
Taalami, L., et al. (2010). Kearifan lokal dalam kebudayaan suku bangsa di Sulawesi Tenggara. Kendari: Kebudayaan dan Pariwisata Sultra.
Zubaedi. (2011). Desain pendidikan karakter: Konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Zuhdi, S. (2010). Sejarah Buton yang terabaikan: Labu Rope Labu Wana. Jakarta: Rajawali Pers.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v14i2.2311
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |