Ritual Alo pada Masyarakat Cia-Cia Burangasi Kabupaten Buton

La Janu

Abstract


This research examined alo ritual in Cia-Cia community Burangasi Buton, South East Celebes Province. This research is conducted to identify answers for the concerning problems described of its present the importance of alo ritual in even the whole community. This study used a qualitative research method with participal observation and in depth interview as data collecting method. While data analysis, was done through ethnographic analysis technique. Alo ritual was carried out by reason of mental pressure or mental crisis caused by the death in family member. They concern about safety of spirit of the death given that the spirit has to experience a long and dangerous passage. They believe that this spiritually dangerous crisis time is not about the death only but covering up the whole family and even the whole community. In general, alo ritual had a purpose to normalize the unstable life condition of the family because of a death through deconstructing the existing life condition and reconstructing it into the brand new one at the same time. In such condition of brand new life, daily activities seem harmonious and normal without any fears, distress, depressed and so on.


Penelitian ini fokus pada upacara alo yang terjadi di masyarakat Cia-Cia Burangasi Buton, Propinsi Celebes Tenggara. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jawaban-jawaban atas problematika penting terkait upacara alo dalam sebuah komunitas. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan observasi partisipatoris dan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan teknik analisis etnografi. Upacara alo dilakukan dengan alasan ketertekanan jiwa dan krisis mental yang disebabkan karena kematian salah satu anggota keluarganya. Mereka berkonsentrasi terhadap keselamatan arwah dari sang mayat yang akan melalui lintasan panjang berbahaya. Mereka berkeyakinan bahwa saat yang membahayakan bagi arwah ini tidak hanya menimpa si mayat saja, melainkan juga seluruh anggota keluarga bahkan seluruh masyarakat. Secara umum, upacara alo bertujuan untuk menormalkan keadaan hidup yang tidak stabil akibat kematian si mayat. Dalam keadaan hidup yang baru ini, kegiatan sehari-hari nampak harmoni dan stabil tanpa ketakutan, penderitaan, tekanan, dan seterusnya.

Keywords


ritual; local belief

Full Text:

PDF

References


Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif: Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Eliade, M. (2002). Sakral dan profan. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Geertz, C. (1989). Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat Jawa (Cet. 3). Jakarta: Pustaka Jaya.

Geertz, C. (1992). Kebudayaan dan agama. Yogyakarta: Kanisius.

Jorgensen, D. L. (1989). Participant observation: A methodology for human studies. London: SAGE Publications.

Koentjaraningrat. (1980). Sejarah teori antropologi (Jilid I). Jakarta: UI Press.

Koentjaraningrat. (1993). Kebudayaan dan agama (Cet. 2). Yogyakarta: Kanisius.

Spradley, J. P. (1997). Metode etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Turner, V. (1967). The forest of symbols: Aspects of Ndembu ritual. London: Cornell University Press.

Turner, V. (1982). The forest of symbols: Aspects of Ndembu ritual (6th printing). Ithaca & London: Cornell University Press.

Winangun, W. (1990). Masyarakat bebas struktur, liminalitas dan komunitas menurut Turner. Yogyakarta: Kanisius.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v14i2.2319

Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
ISSN: 1858-4357 | e-ISSN: 2356-1734
Phone: +6282333435641
Fax: (0341) 572533
Email: elharakah@uin-malang.ac.id 
elharakahjurnal@gmail.com
Website: http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang