Haji dan Status Sosial: Studi tentang Simbol Agama di Kalangan Masyarakat Muslim
Abstract
Agama sebagai fakta dan sejarah memiliki dimensi simbolis dan sosiologis sebagai struktur sebuah makna yang berada pada ranah abstrak, terlepas dari ruang dan waktu. Ibadah haji secara substansial mengandung nilai-nilai kemanusiaan, seperti ajaran tentang: persamaan, keharusan memelihara jiwa, harta, dan kehormatan orang lain, larangan melakukan penindasan atau pemerasan terhadap kaum lemah, baik di bidang ekonomi maupun bidang-bidang lain. Misalnya, menanggalkan pakaian yang dipakai sehari-hari dan menggantinya dengan baju ihram untuk menghapus kesenjangan sosial antara kaya dan miskin. Itulah harapan ideal ajaran haji untuk membuat pelakunya menyadari bahwa ia adalah makhluk sosial. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap fenomena haji dalam masyarakat Indonesia, terutama di Jawa, secara sosiologis. Studi ini menunjukkan bahwa ibadah haji yang dilakukan oleh mayoritas muslim Indonesia dipenuhi dengan atribut-atribut sosial. Meski merupakan salah satu pilar agama, ibadah haji telah digunakan elit penguasa lokal sebagai sumberdaya politik atau alat membangun legitimasi kekuasaan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Departemen Agama RI. (1992). Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI.
Dillistone, F. W. (2002). The power of symbols (terj.). Yogyakarta: Kanisius.
Farida, A. (1999). Haji dalam stratifikasi sosial masyarakat Betawi pedagang di Kelurahan Jombang, Jakarta Selatan. Penamas, 12(33), 33–38.
Harian Kompas. (2001, Maret 3).
Hikam, M. A. S. (2002). Simbolisasi Islam di Indonesia: Perspektif historis-politis dan sosial-keagamaan. Jurnal ‘Adalah, 5(1), STAIN Jember.
Madani, M. (1984). Citra status sosial para haji di kalangan masyarakat pedesaan Madura. Al-Jami’ah, 8. IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Maliki, Z. (2002). Agama dan kekuasaan: Studi penggunaan simbol-simbol agama sebagai sarana kekuasaan elit Jawa masa kini di Kota Surabaya (Disertasi). Universitas Airlangga.
Minsarwati, W. (2002). Mitos Merapi dan kearifan ekologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Morris, B. (2003). Antropologi agama: Kritik teori-teori agama kontemporer. Yogyakarta: AK Grup.
Rennie, B. S. (1996). Reconstructing Eliade: Making sense of religion. New York: State University of New York Press.
Shihab, Q. (1992). Membumikan al-Qur’an. Jakarta: Mizan.
Sumardjan, S., & Sumardi, S. (1964). Setangkai bunga sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Van Bruinessen, M. (1991). Mencari ilmu dan pahala di tanah suci: Orang Nusantara naik haji. Dalam D. Dowes & N. Kaptein (Eds.), Ibadah haji di Indonesia (pp. ...). Jakarta: INIS.
Vandenbregt, J. (1991). Ibadah haji: Beberapa ciri dan fungsinya. Dalam D. Dowes & N. Kaptein (Eds.), Ibadah haji di Indonesia (pp. ...). Jakarta: INIS.
Woodward, M. R. (1990). Islam Jawa: Kesalehan normatif versus kebatinan. Yogyakarta: LKiS.
Zainuddin, M. (2002). Fenomena haji di kalangan petani santri di Gondanglegi [Laporan penelitian DIK]. Malang: STAIN Malang.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v15i2.2764
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |