Aspek Kultural “Bismillahirrahmânirrahim” dalam Keislaman Orang Buton: Kajian terhadap Kabanti Ajonga Inda Malusa
Abstract
This study aimed at describing to what extent expression bismilllahirrahmânirrahim influenced Islamic lives of Buton people in the past. The object of the study is script kabanti Ajonga Inda Malusa as H. Abdul Ganiu’s work. The study focuses on understanding the meanings constructed in kabanti Ajonga Inda Malusa by looking at its relationship with cultural elements and historical background of Buton people. In understanding the phrase bismilllahirrahmânirrahim, it used hermeneutic method supported with the sociological theory of literature, that views literature as (1) a reflection of its supporting society, (2) a document that records cultural social reality and the bias of the reality of society in its time, and (3) other aspects related to a society in accordance with conventions and historical background in its cultural social framework. The results showed that the statement bismilllahirrahmânirrahim is a tradition of Sufi poets in the past Buton Sultanate to start their work, which can be interpreted as a form of practice of Islamic refinement that always refers to the al Quran and Hadis. In the Islamic context of Buton people, the phrase bismilllahirrahmânirrahim then explored and elaborated into whole aspects of life, the world and the hereafter.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejauhmana ungkapan bismilllahirrahmânirrahim berpengaruh dalam kehidupan keislaman orang Buton pada masa lampau. Objek kajiannya adalah naskah kabanti Ajonga Inda Malusa karya H. Abdul Ganiu. Kajian difokuskan pada pemahaman terhadap makna yang dibangun dalam kabanti Ajonga Inda Malusa dengan melihat hubungannya dengan unsur budaya dan latar belakang kesejarahan masyarakat Buton. Dalam memahami ungkapan bismilllahirrahmânirrahim, digunakan metode hermeneutik yang ditopang dengan teori sosiologi sastra, yang memperhatikan karya sastra sebagai (1) cermin masyarakat pendukungnya, (2) dokumen yang mencatat kenyataan sosial budaya serta bias dari realitas masyarakat pada masanya, dan (3) aspek-aspek lain yang berhubungan dengan masyarakat sesuai dengan konvensi dan latar belakang kesejarahan dalam kerangka sosial budayanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernyataan bismilllahirrahmânirrahim merupakan tradisi para penyair sufi di Kesultanan Buton masa lampau dalam mengawali setiap karyanya, yang dapat dimaknai sebagai wujud pengamalan adab Islam, yang senantiasa merujuk pada al Quran dan al Hadits. Dalam konteks keislaman orang Buton, pernyataan bismilllahirrahmânirrahim kemudian digali dan dijabarkan dalam seluruh aspek kehidupannya, dunia dan akhirat
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ambary, Hasan Muarif. 1996. “Islam dan Tradisi Budaya Banten.” dalam Ruh Islam dan Budaya Bangsa. Aneka Budaya di Jawa, ed. Aswab Mahasin. Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, Bina Rena Pariwara.
Angrosino, Michael V. , 2004. The Culture of the Sacred. Exploring the Anthropology of Religion. Illionis: Waveland Press, Inc.
Bowen, John R. 1993. Muslims through Discourse. Religion and Ritual in Gayo Society. Princeton, New Jersey: Princeton University Press.
Bruinessen, Martin van. 1995. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Daud, Haron. 2004. Ulit Mayang: Kumpulan Mantera Melayu (1ed.) Selangor: Dawama Sdn. Bhd.
Frazer, J.G. 1933. The Golden Bough: A Study in Magic and Religion. London: Macmillan and Co.
Geertz, Clifford. 1970. The Interpretation of Culture. New York: Basic Books.
Hartarta, Arif. 2010. Mantra Pengasihan. Rahasia Asamara dalam Klenik Jawa. Bantul: Kreasi Wacana.
Hudayat, Asep Y. dkk. 2007. Tinjauan Fungsional Mantra Sunda di Daerah Cisurupan Garut. Laporan Akhir Penelitian Dasar, Universitas Padjajaran Bandung.
Hooykaas, C. 1952. Penjedar Sastra. Terj. Ramoel Amar gelar Datuk Besar. Jakarta: J.B. Wolters.
Hutton, Webster. 1948. Magic: a Sociological Study. London: Oxford University Press.
Kaplan, David dan Robert A. 2002. Manner. Teori Budaya, Terj. Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Malinowski, Bronislaw. 1955. Magic, Science and Religion and Other Essays with an Introduction. New York: Doubleday Anchor Book.
Mauss, Marcel. 2001. A General Theory of Magic. London & N.Y.: Routledge Classics
O’Keefe, Daniel L. 1982. Stolen Lightning: the Social Theory of Magic. New York: Continuum.
Otto, Rudolf. 1936. The Idea of the Holy. an Inquiry into the non-Rational Factor in the Idea of the Divine and Its Relation to the Rational. Transl. by John W. Harvey. Oxford: Oxford University Press.
Pradipta, Budya. 2003. Hakikat dan Manfaat Mantra. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Saputra, Heru S.P. 2007. Memuja Mantera, Sabuk Mangir dan Jaran Goyang Masyarakat Suku Using Banyuwangi. Yogyakarta: LKIS.
Sianipar, T. et.al. Dukun, Mantera, dan Kepercayaan Masyarakat. Jakarta: Pustakarya Grafikatama,1989.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press
Tjandrasasmita, Uka. 2011. Banten Abad XV-XXI. Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang. Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Widodo, Wahyu. 1965. Kearifan Lokal dalam Mantra Jawa, Proceeding the 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity, and Future”.
Yale, Robert A. 2003. Explaining Mantras. New York & London: Routledge.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v16i1.2770
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |