Manajemen Konflik Berbasis “Multicultural Competences”: Solusi Alternatif Kontestasi Pribumi dan Salafi di Lombok
Abstract
Relasi antara antara salafi dan pribumi di Lombok telah melahirkan berbagai kontestasi yang perlu diulas secara mendalam. Dalam kajian ini, salafi dan pribumi diklasifikasi menjadi dua yaitu salafi desa dan kota serta pribumi desa dan kota. Klasifikasi ini didasarkan pada keunikan relasinya: (1) salafi desa mendapat resistensi tinggi dari muslim pribumi desa, (2) salafi kota mendapatkan toleransi dari pribumi kota. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretatif untuk menjawab penyebab resistensi pribumi desa terhadap salafi desa, penyebab toleransi pribumi kota terhadap salafi kota serta bagaimana rumusan model manajemen konflik berbasis kompetensi multikultural. Kajian ini menunjukkan bahwa perbedaan respon pribumi terhadap salafi tidak hanya disebabkan oleh kontestasi ahlu al-sunnah tetapi juga banyak unsur-unsur yang lain. Selanjutnya, multicultural competence perlu dikembangkan oleh elit agama sebagai alternatif manajemen konflik dalam realitas sosial yang plural demi kerukunan yang dibangun oleh nilai-nilai resiprokal-multikultural.
Keywords
References
Abdurrachman. (2013). Media Bina Ilmiah, 7(6), Desember.
Edward, A. K. (2015). Otherness development model for assessing multicultural competencies for educational leadership. Thomas Edison State College.
Faizah. (2012a). Gerakan Salafi di Lombok. Jurnal Multikultural & Multireligius, 11(4), 56–68.
Faizah. (2012b). Pergulatan teologi Salafi dalam mainstream keberagamaan masyarakat Sasak. Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman, 16(2), 375–402. https://doi.org/10.20414/ujis.v16i2.2012
Hamid, A., & Yaya. (2010). Pemikiran modern dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Lee, H. (2010). Building a community of shalom: What the Bible says about multicultural education. ICCTE Journal, 10(2), 1–12. https://doi.org/10.31009/icctej.2010.10.2.1
Misrawi, Z. (2013). Kesadaran multikultural dan deradikalisasi pendidikan Islam: Pengalaman Bhinneka Tunggal Ika dan qabul al-akhar. Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 197–215. https://doi.org/10.14421/jpi.2013.21.197-215
Nieto, S. (1994). Affirmation, solidarity, and critique: Moving beyond tolerance in multicultural education. Multicultural Education, 1(4), 9–12, 35–38.
Radar Lombok. (2015, June 10).
Tantowi, Y. (2009). Mengurai konflik Sunnah vs Bid’ah di Pulau Seribu Masjid. In Agama dan pergeseran representasi, konflik dan integrasi di Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v18i1.3459
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |