Dimensi Spiritual Kebudayaan di Tengah Relasi yang Timpang antara Utara dan Selatan
Abstract
Masyarakat Muslim sebagai bagian dari populasi dunia selatan, secara kultural, berada dalam pengaruh hegemoni budaya non-muslim, terutama Eropa, Amerika, dan Australia sebagai bagian dari populasi dunia utara. Sampai pertengahan abad ke-20, hegemoni itu ada dalam bentuk imperialisme militer. Sementara itu, pada pertengahan abad ke-20 hegemoni berubah menjadi imperialisme budaya di banyak bidang, seperti sosial, ekonomi, sosial dan bahkan kesenian. Negara-negara di dunia selatan telah benar-benar melakukan beberapa upaya untuk menghadapi imperialisme neo, namun belum berhasil dengan baik. Karena itu, usaha yang lebih serius harus dilakukan untuk menghadapi neo imperialisme, yaitu kreativitas membuat produk budaya Eropa dan Amerika sebagai bahan yang bisa ditata ulang secara kreatif dan disesuaikan dengan budaya lokal. Dalam proses kreatif dimensi spiritual budaya harus menjadi dasar proses produksi budaya saat ini dan di masa depan untuk menciptakan hubungan yang adil. Penggunaan dimensi spiritual budaya bisa menciptakan produk budaya baru. Pada gilirannya, produk budaya dunia selatan akan ada, dan akhirnya mereka bisa dipertukarkan dengan produk-produk dari dunia utara. Inilah yang dilakukan China dengan kekuatan ekonomi yang berkembang untuk mengimbangi dominasi Eropa dan Amerika. Hal yang sama semoga muncul dari dunia Islam meski membutuhkan karya budaya yang lebih serius. Menurut Faisal Ismail, kebangkitan Islam dan budayanya bergantung pada umat Islam sendiri dan karya budaya mereka.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alisjahbana, S. T. (1974). Values as integrating forces. Kuala Lumpur: University of Malaya Press.
Asyari, M. (1999). Filsafat Islam tentang kebudayaan. Yogyakarta: LESFI.
Dewantara, K. H. (1967). Kebudayaan (Jilid 2). Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Hornby, A. S. (1986). Oxford advanced learner’s dictionary of current English (Cet. 23). Oxford: Oxford University Press.
Ismail, F. (1997). Paradigma kebudayaan Islam: Studi kritis dan refleksi historis (Cet. 2). Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Kleden, I. (1967). Sikap ilmiah dan kritik kebudayaan (Cet. 2). Jakarta: LP3ES.
Koentjaraningrat. (1975). Kebudayaan, mentalitet, dan pembangunan (Cet. 2). Jakarta: Gramedia.
Nasr, S. H. (1993). Spiritualitas dan seni Islam (Sutejo, Trans.). Bandung: Mizan.
Pabottinggi, M. (Ed.). (1986). Islam antara visi, tradisi, dan hegemoni bukan-Muslim. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Peursen, C. A. van. (1988). Strategi kebudayaan (D. Hartoko, Trans.). Yogyakarta: Kanisius.
Poerwanto, H. (2005). Kebudayaan dan lingkungan dalam perspektif antropologi (Cet. 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v10i2.4429
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |
