Tradisi Peusijuek dalam Masyarakat Aceh: Integritas Nilai-Nilai Agama dan Budaya
Abstract
Peusijuek is one of the traditions of the people of Aceh are still preserved and practiced. Peusijuek, especially in Aceh moslem society, has been adapted into of Islam pratice. This study is aimed at revealing how peusijuek is believed and practiced then become one of religious creed which, originally, is not purely derived from Islamic teaching. This study used content analysis methods. Islam has universalism concept that is able to converge and fuse to various civilizations and culture; this makes Islam accepted in many nations and civilizations. Aceh people believe that Peusijuek is one of the rituals associated with religious belief. Because it is consist of several religious values which must be executed, such as 3 (three) aspects as follow: firstly; the Actor of Peusijuek should have a good understanding of the religion, usually called by the ustadz and ustadzah. Secondly, the moment to do peusijuek is when someone is going for haji, to marry, to be khitanan, and others. Thirdly, prayer of peusijuek are taken from the Quran and Sunnah as well as addressed to Allah SWT. Therefore, considering the three aforementioned aspects, peusijuek is considered to be closely related islam and, so it becomes a public belief.
Peusijuek merupakan salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih dilestarikan dan dipraktekkan. Peusijuek ini sebagai sebuah budaya yang telah menjadi bagaian dari Islam, khususnya masyarakat Islam di Aceh. Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana peusijuek diyakini dan beroperasi menjadi sebuah kepercayaan masyarakat yang secara keagamaan hal tersebut bukan sepenuhnya murni berasal dari ajaran agama. Penelitian ini menggunakan metode content analisis. Islam memiliki konsep universalisme yang mampu menyatu dan melebur dalam berbagai peradaban dan kebudayaan, Islam menyatu dan dapat diterima oleh berbagai bangsa dan peradaban. Peusijuek diyakini oleh masyarakat Aceh sebagai salah satu ritual yang dikaitkan dengan kepercayaan terhadap agama, karena peusijuek tersebut sarat dengan nilai-nilai agama, yang mesti dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari 3 (tiga) unsur, yaitu pertama; Pelaku Peusijuek, biasanya dilakukan oleh para tengku (ustadz) dan tengku inong (ustadzah), yang paham agama. Kedua, momen peusijuek, dilakukan ketika akan berangkat haji, pernikahan/walimah, dan khitanan, dan lain-lain. Ketiga, doa peusijuek, doa yang dibacakan adalah doa yang ditujukan kepada Allah SWT, dengan menggunakan doa-doa yang dari al Quran dan Sunnah. Melihat ketiga tinjauan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peusijuek sangat sarat dengan nilai-nilai keislaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai Islam, sehingga menjadi sebuah kepercayaan masyarakat.
Keywords
References
Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman. 2010. From Tengku to Ustadz. Makalah disajikan dalam Seminar International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS). Banda Aceh: 25-26 Mei 2011.
Dhuhri, Saufuddin. 2009. Peusjuek: sebuah Tradisi Ritual sosial Masyarakat Pasee dalam Perspektif Tradisionalis dan Reformis. Lhokseumawe, 27-28 Juni2008. Prosiding International: The 3rd International Conference On Development of Aceh (ICDA-), Lhokseumawe, Unimal Pres, Halaman 636-656.
Ismail, Badruzzaman. 2003. Mesjid dan Adat Meunasah sebagai Sumber Energi Budaya Aceh, Banda Aceh: Gua Hira.
Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Penerbitan Universitas: Jakarta.
Kurdi, Muliadi. Filosofi Peusijuek dalam masyarakat Aceh, Http: Muliadikurdi.Com.
Poespowardoyo, Soerjanto. 1986. Pengertian Lokal Genius dan Relevansinya Dalam Modernisasi, “Kepribadian Budaya Bangsa (local genius)”, Pustaka Jaya: Jakarta.
Sutiyono. 2010. Benturan Budaya Islam: Puritan dan Sinkretisme, Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Woodword, Mark K.. 2006. Islam Jawa: Kesalehan normatif versus Kebatinan, Yogyakarta: LKiS.
Yatim, Badri. 2006, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.458
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |