Manusia di Muka Cermin Ibn Arabi: Memahami Hakikat Manusia dengan Kacamata Ibn Arabi
Abstract
Although the essence of human being has been questioned long times ago, there are many conceptual answers toward that question. Thus it is common if human beings, as social and individual creatures may try to question it to find new answers. The answer is mainly obtained by contemplating one's self based on the existing concept or reflecting one's self using an individual spiritual experience. The understanding to the essence of human beings described in this writing is based on the concept given by al-Syaikh al-Akbar ibn Arabi who is philosophical as well as sufistic. Who is a man? A man is "God" in its tajalli perfect form in the universe. Therefore, a man is not perfect when he cannot show God's characteristics. Ibn Arabi says, "one of this characteristics is to become a responsible leader either for himself or others".
Meskipun esensi manusia telah dipertanyakan sejak lama, ada banyak jawaban konseptual untuk pertanyaan itu. Jadi, adalah hal yang biasa jika manusia, karena makhluk sosial dan individu dapat mencoba menanyainya untuk menemukan jawaban baru. Jawabannya terutama diperoleh dengan merenungkan diri seseorang berdasarkan konsep yang ada atau mencerminkan diri seseorang dengan menggunakan pengalaman spiritual individu. Pemahaman terhadap esensi manusia yang digambarkan dalam tulisan ini didasarkan pada konsep yang diberikan oleh al-Syaikh al-Akbar ibn Arabi yang filosofis sekaligus sufistik. Siapa pria Seorang pria adalah "Tuhan" dalam bentuk tajalli yang sempurna di alam semesta. Karena itu, seorang pria tidak sempurna saat dia tidak bisa menunjukkan sifat Tuhan. Ibn Arabi mengatakan, "salah satu karakteristik ini adalah menjadi pemimpin yang bertanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain".
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ahmad ibn Muhammad Ujaibah. 1266H. Iqadh al Imam fi Syarh alHikam. Jiddah: al-Haramain.
Al-Imam al-Ghazali. Tt. Majmu’ah Rasa’il al Imam alGhazali. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Khatib al-Baghdadi. Tt. Tarikh Baghdad. Beirut. Dar al-Fikr.
Al-Mas’udi, Muruj al-Dzahab iva Ma’adin al-]awhar. 1973. Beirut: Dar al- Fikr.
Dick Hartoko. 1986. Kamus Populer Filsafat. Jakarta: Rajawali.
Harun Nasution. 1973. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Ibn Arabi. Tt. alFutuhat al-Makkiyah. Beirut: Dar al-Shadir.
K. Munitz. 1979. The Ways of Philosophy. New York: Macmillan Publishing Co, Inc.
Muhammad Yasir Nasution. 1988. Manusia Menurut A.Ghazali. Jakarta. Rajawali Press.
Musa Asy’ari. 2002. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir. Yogyakarta: LESFI.
PA. Van Der Weij. 1988. FilsuffilsufBesar tentangManusia. Terj. K. Bertens. Jakarta: Gramedia.
Sayyed Hossein Nasr dkk. 2003. Warisan Sufi. Yogyakarta: Pustaka Sufi.
William C. Chiiick. 2001. Tuhan Sejati dan tuhan-tuhan Palsu. Terj. Achmad Nidjam dkk. Yogyakarta: Qalam.
William C. Chiiick 1983. The Sufi Path of Love: The Spiritual Teaching of Rumi. New York. State University of New York Press.
Yudi Latif dan Idi Subandi Ibrahim (Ed.). 1996. Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan.
Yunasril Ali. 1997. Manusia Citra Ilahi. Jakarta: Paramadina.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v8i3.4607
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |