Perebutan Kekuasaan Internal NU
Abstract
Semenjak kelahirannya, NU selalu ditandai dengan berbagai persaingan internal antar fraksi yang berebut pengaruh. Tulisan ini membahas mengenai pergolakan internal NU. Lebih jauh, kubu-kubu paradigmatik, kubu ideologis dan fraksi yang berlaga juga diulas secara komprehensif. Buah dari persaingan menuju kekuasaan itu, yang paling nyata, adalah pergeseran pembagian kekuasaan internal. Pada saat berdirinya hingga tahun 1950-an, bagian terbesar kekuasaan dalam NU dipegang oleh fraksi kiai-non politisi (syuriah), kemudian fraksi politisi (tanfidiyah) mendominasi hingga paroh pertama dekade 1980-an, dan setelah itu hingga sekarang NU berada di tangan fraksi “Cendekia”.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Billah, M. M. (1998, May). Pergolakan NU dan kelompok Islam. Tashwirul Afkar, (2). Lakspesdam NU.
Bruinessen, M. van. (1997). NU: Tradisi, relasi-relasi kekuasaan, dan pencarian wacana baru. Yogyakarta: LKiS.
Ida, L. (1995). Dinamika internal NU setelah kembali ke Khittah 1926 (Master’s thesis). Program Pascasarjana UI, Jakarta.
Irsyam, M. (1984). Ulama dan politik. Jakarta: Yayasan Perkhidmatan.
Marijan, K. (1992). Quo vadis NU: Setelah kembali ke Khittah 1926. Jakarta: Erlangga.
Mulkhan, A. M. (1992). Runtuhnya mitos politik santri. Yogyakarta: Sipress.
Thaba, A. A. (1996). Islam dan negara dalam politik Orde Baru. Jakarta: Gema Insani Press.
Wahid, A. (1984a). Muslim di tengah pergumulan. Jakarta: Lepenas.
Wahid, A. (1984b). NU dan Islam di Indonesia dewasa ini. Prisma, 12(4).
Yusuf, S. E., et al. (1983). Dinamika kaum santri: Menelusuri jejak dan pergolakan internal NU. Jakarta: Rajawali
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v6i2.4678
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |