Sekar Macapat Pocung: Study of Religious Values Based on The Local Wisdom of Javanese Culture
Abstract
Budaya Jawa merupakan suatu sistem yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jawa dalam berperilaku dan bersikap. Di dalam budaya Jawa terdapat kearifan lokal sebagai pendorong yang kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Data yang dikaji adalah naskah Sekar Macapat Pocung. Kearifan lokal budaya Jawa mengandung makna filosofis yang meningkatkan ketahanan nasional sebuah bangsa. Tembang Macapat termasuk wujud kearifan lokal budaya Jawa. Sekar Macapat Pocung adalah metrum kesebelas yang dikenal sebagai produk budaya berbentuk puisi Jawa kuno yang dilagukan. Melalui syair dalam tembang, nilai-nilai religus Islam dan pitutur bijak disampaikan penuh makna. Nilai-nilai religus Islam dan pitutur bijak dalam Sekar Macapat Pocung menjadi pegangan dan bagian hidup yang tak terpisahkan dari masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan beragama dan berbangsa.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abu Dawud, S. b. al-Asyats. (2009). Sunan Abu Dawud (1430 H). Beirut: Dar ar-Risalah al-Alamiyah.
Ahimsa-Putra, H. S. (2007). Ilmuwan budaya dan revitalisasi kearifan lokal: Tantangan teoretis dan metodologis. Scientific Speech for the 62nd Anniversary of the Faculty of Cultural Sciences UGM. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ahmad b. M. b. Hanbal. (2001). Al-Musnad (1421 H). Beirut: Muasasah ar-Risalah.
Aromandani, A. (2014). Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS melalui kajian tembang macapat. Jurnal Pendidikan Humaniora, 2(3), 205–210. https://doi.org/10.17977/jph.v2i3.4461
Arps, B. (1992). Tembang in two traditions: Performance and interpretations of Javanese literature. London: University of London.
Al-Bukhari, M. b. I. (2001). Al-Jami‘ al-Musnad ash-Shahih (1422 H). Beirut: Dar Thauq an-Najah.
Ediyono, S. (2015). Filsafat ilmu. Yogyakarta: Kaliwangi.
Effendy, M. H. (2015). Local wisdom dalam tembang macapat Madura. OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, 5(1), 55–72. https://doi.org/10.19105/ojbs.v9i1.580
Fernandez, I. Y. (2008). Kategori dan ekspresi linguistik dalam bahasa Jawa sebagai cermin kearifan lokal penuturnya: Kajian etnolinguistik pada masyarakat petani dan nelayan. Kajian Linguistik dan Sastra, 20(2), 166–177.
Guritno, P. (1995). Pangothak-athik ngengingi urutan lan werdining sekar-sekar macapat. Surabaya: Panjebar Semangat.
Mardimin, Y. (1991). Sekitar tembang macapat. Semarang: Satya Wacana.
Mulyono. (2007). Kajian nilai pendidikan Islam dalam teks tembang macapat (Studi nilai pendidikan Islam berbasis budaya). El-Harakah, 9(2), 117–133.
Muslim b. al-Ḥajjāj. (n.d.). Al-Musnad ash-Shahih al-Mukhtashar. Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi.
Navitasari, A. (2013). Penguatan karakter bangsa melalui pembinaan budaya macapat (Studi di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta). Educitizen, 1(1), 25–34.
Pelajaran Sekolah Online. (2016). Pendidikan agama Islam: Tata cara mengkafani jenazah menurut ajaran syariat Islam. Retrieved from http://www.pelajaransekolahonline.com/2016/25/tata-cara-mengkafani-jenazah-menurut-ajaran-syariat-islam.html
Poedjosoebroto, R. (1978). Wayang lambang ajaran Islam. Jakarta: Pradnya Paramita.
Purna, I. M., et al. (1996). Macapat dan gotong royong. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ratna, N. K. (2004). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahyono, F. X. (2009). Kearifan budaya dalam kata. Jakarta: Weda Tama Widya Sastra.
Ras, J. J. (1982). Inleiding tot het modern Javaans. Leiden: KITLV Uitgeverij.
Saddhono, K. (2012). Bentuk dan fungsi kode dalam wacana khotbah Jumat (Studi kasus di kota Surakarta). Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 11(1), 71–92. https://doi.org/10.14421/ajbs.2012.11104
Saddhono, K. (2013). The language usage in the discourse of Friday preaching in Java, Indonesia. Karsa: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, 21(2), 238–254. https://doi.org/10.19105/karsa.v21i2.519
Saddhono, K. (2016). Dialektika Islam dalam mantra sebagai bentuk kearifan lokal budaya Jawa. Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, 21(1), 83–98.
Sabdacarakatama, K. (2010). Serat Wedhatama. Yogyakarta: Narasi.
Sahlan, A., & Mulyono. (2012). Pengaruh Islam terhadap perkembangan budaya Jawa: Tembang macapat. El Harakah: Jurnal Budaya Islam, 14(1), 101–114. https://doi.org/10.18860/el.v14i2.2311
Sartini. (2014). Menggali kearifan lokal Nusantara: Sebuah kajian filsafati. Jurnal Filsafat, 37(2), 111–120. https://doi.org/10.22146/jf.31323
Sedyawati, E. (2007). Keindonesiaan dalam budaya. In Dialog Budaya: Nasional dan Etnik, Peranan Industri Budaya dan Media Massa, Warisan Budaya dan Pelestarian Dinamis. Jakarta: Weda Tama Widya Sastra.
Setyadi, D. B. P. (2012). Pemahaman kembali local wisdom etnik Jawa dalam tembang macapat dan manfaatnya sebagai media pendidikan budi pekerti bangsa. Jurnal Magistra, 79, 71–86.
Setyadi, D. B. P. (2013). Discourse analysis of Serat Kalatidha: Javanese cognition system and local wisdom. Asian Journal of Social Sciences & Humanities, 2(4), 292–300.
Sumbulah, U. (2012). Islam Jawa dan akulturasi budaya: Karakteristik, variasi dan ketaatan ekspresif. El Harakah: Jurnal Budaya Islam, 14(1), 51–68. https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2191
Supadjar, D. (1996). Filsafat Jawa. [Lecture paper]. Yogyakarta: HMJ Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah.
Susetya, W. (2007). Ngelmu makrifat Kejawen. Yogyakarta: Narasi.
Suwardi. (2006). Dasar-dasar pembelajaran tembang. [Training material]. Magelang: Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang, 22–23 Juli.
Waluyo, H. J., et al. (2001). Sastra Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Wojowasito, S., & Wasito, T. W. (1979). Kamus bahasa populer Inggris–Indonesia. Bandung: Angkasa.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v20i1.4724
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |