Tinjauan Budaya atas Kultur Tasawuf Berbasis Mursyid Perempuan
Abstract
Pria dan wanita pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama dengan orang idola muttaqin, sekaligus pemimpin di bumi, termasuk menjadi guru tarekat (mursyid). Menugaskan wanita sebagai mursyid tidak akan mengurangi atau menghancurkan identitas kelompok Sufisme, di sisi lain, ini adalah semacam memuliakan dan menghormati Tuhan. Namun, dalam budaya tasawuf, sebagian besar ritual yang dilakukan oleh para pengikut sering mencerminkan Tuhan dalam bentuk laki-laki. Konsepsi ini, kemudian, mempengaruhi cara mereka memimpin kelompok. Cara umum mempraktikkan model kepemimpinan akhirnya mendorong legalisasi keunggulan laki-laki sebagai mursyid dan bukan pada perempuan. Karena fenomena tersebut, tulisan itu ditulis, untuk mengeksplorasi isu peran pria dan wanita dalam tasawuf, khususnya, untuk menjadi mursyid. Hal ini diharapkan bisa menjadi analisis budaya yang kuat dan bermakna yang dilihat dari paradigma tasawuf.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aqib, H. (1998). Al-Hikmah: Memahami teosofi tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Surabaya: Bina Ilmu.
Arberry, A. J. (1985). Sufism: An account of the mystics of Islam (B. Herawan, Trans.). In Pasang surut aliran tasawuf. Bandung: Mizan.
Bruinessen, M. van. (1992). Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan.
Departemen Agama RI. (1987). Ensiklopedi Islam: "Tasawuf". Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.
Engineer, A. A. (1994). Hak-hak perempuan dalam Islam (Tim LSPPA, Trans.). Yogyakarta: LSPPA.
Ghazali, A. (n.d.). Ihya’ ‘Ulumuddin (Vol. III). Beirut: Dar al-Fikr.
Hamka. (1981). Tasawuf: Perkembangan & pemurniannya. Jakarta: Yayasan Nurul Islami.
Hassan, R. (1995). Setara di hadapan Allah: Relasi laki-laki dan perempuan dalam tradisi Islam pasca-patriarki. Yogyakarta: Yayasan Prakarsa.
Mernissi, F., & Hassan, R. (1995). Setara di hadapan Allah: Relasi laki-laki dan perempuan dalam tradisi Islam pasca-patriarki. Yogyakarta: Yayasan Prakarsa.
Musthafa, Z. (1995). Kunci memahami ilmu tasawuf (Cet. 1). Surabaya: Bina Ilmu.
Muthahhari, M. (1997). Hak-hak wanita dalam Islam (M. Hashem, Trans., Cet. 4). Bandung: Lentera Basritama.
Nasr, S. H. (1985). Tasawuf dulu dan sekarang (A. Hadi W.M., Trans.). Jakarta: Pustaka Firdaus.
Nasution, H. (1983). Falsafat dan mistisisme dalam Islam (Cet. 3). Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, A. (1996). Akhlaq tasawwuf (Cet. 1). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nata, A. (2001). Metodologi studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Schimmel, A. (1975). Mistik Islam (S. D. Darmono, Trans.). Jakarta: Pustaka Firdaus.
Simuh. (1994). Pemikiran dalam bidang tasawwuf. Jurnal Al Jami’ah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (57).
Smith, M. (1997). Rabi’ah: Pergulatan spiritual perempuan (J. Baraja, Trans.). Surabaya: Risalah Gusti.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v10i3.4762
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |