Tinjauan Budaya atas Kultur Tasawuf Berbasis Mursyid Perempuan
Abstract
Male and female, basically, have the same chance as idol muttaqin person, as well as a leader in the earth, including becoming a teacher of tarekat (mursyid). Assigning female as mursyid will not reduce or break the identity of the Sufism group, on the other hand, it is a kind of glorifying and respecting to the God. However, in tasawuf culture, most of the rituals conducted by the followers often reflecting the God in the male form. This conception, then, influences the way they lead the group. The common way of practicing the leadership model finally drives into legalizing the male superiority as the mursyid rather than the female one. Because of the phenomenon, the paper is written, to explore the issues on male and female role in the Sufism, specifically, for becoming the mursyid. It is expected to be powerful and meaningful cultural analysis which is viewed from tasawuf paradigm.
Pria dan wanita pada dasarnya memiliki kesempatan yang sama dengan orang idola muttaqin, sekaligus pemimpin di bumi, termasuk menjadi guru tarekat (mursyid). Menugaskan wanita sebagai mursyid tidak akan mengurangi atau menghancurkan identitas kelompok Sufisme, di sisi lain, ini adalah semacam memuliakan dan menghormati Tuhan. Namun, dalam budaya tasawuf, sebagian besar ritual yang dilakukan oleh para pengikut sering mencerminkan Tuhan dalam bentuk laki-laki. Konsepsi ini, kemudian, mempengaruhi cara mereka memimpin kelompok. Cara umum mempraktikkan model kepemimpinan akhirnya mendorong legalisasi keunggulan laki-laki sebagai mursyid dan bukan pada perempuan. Karena fenomena tersebut, tulisan itu ditulis, untuk mengeksplorasi isu peran pria dan wanita dalam tasawuf, khususnya, untuk menjadi mursyid. Hal ini diharapkan bisa menjadi analisis budaya yang kuat dan bermakna yang dilihat dari paradigma tasawuf.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ali, Amer. 1978. Api Islam. Sejarah Evolusi dan Cita-Cita Islam dengan Riwayat Hidup Muhammad. Jakarta: Bulan Bintang.
Aqib, Harisuddin. 1998. Al-Hikmah: Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Surabaya: Bina Ilmu.
Arberry, A.J. 1985. Sufism; AnAccountofTheMysticsofislam. Terj.Bambang Herawan. Pasang Surut Aliran Tasawuf Bandung: Mizan.
Bruinessen, Van Martin. 1992. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan.
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, edisi 1987, "Tasawuf".
Engineer, Asghar Ali. 1994. Hak-Hak Perempuan dalam Islam. Terj.Tim LSPPA. Yogyakarta: LSPPA.
Ghazali, Al Imam. Ihya' Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr, III, t.t. Hamka. 1981. Tasawuf: Perkembangan & Pemurniannya. Jakarta: Yayasan Nurul Islami.
Hassan, Riffat. 1995. Setara di hadapan Allah; Relasi Laki,laki dan Perempuan dalam Tradisi Islam Pasca Patriarkhi. Yogyakarta: Yayasan Prakarsa.
Mernisi, Fatima, dan Riffat Hassan. 1995. Setara di hadapan Allah; Relasi laki,laki dan Perempuan dalam tradisi Islam Pasca Patriarkhi. Yogyakarta: Yayasan Prakarsa.
Musthafa, Zuhri. 1995. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf (Cet.-1). Surabaya: Bina Ilmu.
Muthahari, Murtadha. 1997. Hak-Hak Wanita dalam Islam (Cet. 4). Terj. M. Hashem. Bandung: Lentera Basritama.
Nasr, Sayyid Husein. 1985. Tasawuf Dulu dan Sekarang. Terj. Abdul Hadi WM, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Nasution, Hamn. 1983. Falsaf at dan Mistisisme dalam Islam ( Cet. 3). Jakarta: Bulan Bintang.
Nata, Abuddin. 1996. Akhlaq Tasawwuf (Cet. 1). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Schiemel, Annemarie. 197 5. Mistik Islam. Terj. Sapardi Djoko Darmono. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Simuh. 1994. Pemikiran dalam Bidang Tasawwuf. ]umal Al Jami'ah. IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, No. 57.
Smith, Margaret. 1997. Rabi'ah; Pergulatan Spiritual Perempuan. Terj. Jamilah Baraja. Surabaya; Risalah Gusti
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v10i3.4762
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |