Acculturation of Islam and Javanese Culture in Public Servant Ethics
Abstract
The acculturation of Islam and Javanese culture has occurred since the golden age of Islamic kingdoms in Java. Islamic boarding school (pesantren) has been developing widely during the age of Demak and Mataram kingdoms. This development is a product of acculturation between Islamic and Hindu education systems. Islamic boarding school during the heyday of Islamic kingdoms is the institution of education designed to develop and produce royal bureaucrats or nobility officials who understand both Islam ethic and Javanese culture. In recent days, Islamic boarding school has successfully produced leaders who are not only religious as Moslem but also fostering Javanese culture. The leader is a role-model for the followers. Leader behavior is the most central issue in the eye of followers. Therefore, the leader is always required to show good attitudes and positive values, and both virtues can be evolved from the understanding of religion and culture (especially Javanese culture). In accord with Javanese philosophy, human life perfection is understood in term of a totality involving creation (cipta), sense (rasa), and wish (karsa). This totality gives a description that public servant ethics cannot escape from the effect of Islam religion and Javanese culture.
Akulturasi budaya Islam dan Jawa telah terjadi sejak zaman keemasan kerajaan Islam di Jawa. Pesantren telah berkembang secara luas pada zaman kerajaan Demak dan Mataram. Perkembangan ini merupakan produk akulturasi antara sistem pendidikan Islam dan Hindu. Pondok pesantren selama masa kejayaan kerajaan Islam menjadi lembaga pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan dan menghasilkan birokrat kerajaan atau pejabat bangsawan yang memahami etika Islam dan budaya Jawa. Kini pesantren telah berhasil menghasilkan pemimpin yang tidak hanya beragama Islam tetapi juga membina budaya Jawa. Pemimpin adalah teladan bagi para pengikut. Perilaku pemimpin termasuk hal utama di mata pengikut. Oleh karena itu, pemimpin selalu dituntut untuk menunjukkan sikap yang baik dan nilai-nilai positif, dan kedua kebajikan tersebut dapat berevolusi dari pemahaman agama dan budaya (khususnya budaya Jawa). Sesuai dengan filsafat Jawa, kesempurnaan hidup manusia dipahami dalam arti totalitas yang melibatkan penciptaan (cipta), rasa (rasa), dan harapan (karsa). Totalitas ini memberikan gambaran bahwa etika pegawai negeri tidak bisa lepas dari pengaruh agama Islam dan budaya Jawa.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adiansyah, Ryko. 2017. Persimpangan antara agama dan budaya (Proses akulturasi Islam dengan slametan dalam budaya Jawa). Jurnal Intelektualita, 6(2).
Azra, Azyumardi. 2000. Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Badri Yatim. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Efendy, Sofyan. 2005. Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance. Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Jakarta: Menteri Negara PAN 22 September.
Erniati. 2017. Reform of The System of Educatio in Pesantren. Hunafa: Jurnal Studia Islamika 14(1), 37-58.
Frans Magnis Suseno. 1996. Etika Jawa, (6th ed.) Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Djarot Saiful. 2004. Fajar Menyingsing di Kota Blitar, Blitar: Pemkot Blitar.
Kartasasmita, Giananjar. 1996. Etika Birokrasi dalam Administrasi Pembangunan Tantangan dalam Menghadapi Era Globalisasi. Dies Natalis 41 Fisipol UGM Yogyakarta 19 September.
Komorotomo, Wahyudi. 2008. Akuntabilitas Birokrasi Publik Sekte Pada Masa Transisi (2nd ed.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Meliono-Budianto. 2007. Idiologi Budaya, Jakarta: Yayasan Kota Kita.
Mudhofir, Abdullah. 2014. Pribumisasi Islam dalam Konteks Budaya Jawa dan Integrasi Bangsa, Indo-Islamika 4 (1), 67–90.
Muljana, Deddy. 1979.Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Murtisari, E.T. 2013. Some Traditional Javanese Values in NSM: From God to Social Interaction. International Journal of Indonesian Studies 1(1), 110-125.
Nordholt, Nico Schulte. 1987. Ojo Dumeh: Kepemimpinan Lokal dalam Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar Harapan.
Pratikno, 2009. Rekonsilidasi Reformasi Indonesia Kontribusi Studi Politik dan Pemerintahan dalam Menopang Demokrasi dan Pemerintahan Efektif. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. 21 Desember.
Purwadi. 2003. Sosiologi Mistik Ranggawarsita: Membaca Sasmita Jaman Edan, Persada, Yogyakarta.
Rock, M. T. 2003. The Politics of Development Policy and Development Policy Reform in New Order Indonesia. William Davidson Institute Working Paper Number 632. University of Michigan.
Sumbulah, Ummi. 2012. Islam Jawa dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi dan Ketaatan Ekspresif. Jurnal El Harakah, 14(1), 51–68.
Sunanto, Musyrifah. 2010. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Tjiptoherijanto, P. 2012. Civil Service Reform in Indonesia: Culture and Institution Issues. Working Paper in Economics and Business. Depok: Department of Economics.
Utomo, Warsito. 2007. Administrasi Publik Baru Indonesia Perubahan Paradigma dari Administrasi ke Administrasi Publik (2nd ed.). Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Yatim, Badri. 2003. History of Islam Civilization. Jakarta: Rajawali press.
Zuhro, R. Siti 2007. Perjuangan Mewujudkan Demokrasi Lokal melalui Pilkada: Studi kasus keterlibatan birokrasi dalam Pilkada Jember Jawa Timur, Masyarakat Indonesia, 31(2).
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v20i2.5355
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |