Sufistic Spirituality: Joint Motive Study in The Tarekat Zawiyah Naqsabandiyah Haqqani Yogyakarta
Abstract
This article discusses the motives of members to join the tarekat of Zawiyah Naqsabandiyah Haqqani Yogyakarta. Information on the members’ motives explains how the spirit of religiosity influences and changes someone’s life. This study also examines Karl Marx’s view of religion. According to him, the worship of God causes someone alienated from himself. This qualitative research collected the data by doing observation, interviews, and documentation. The results show that there are four motives for members to join the tarekat. They are looking for a mursyid, studying Sufism to learn Islam, looking for inspiration to get to know God, and to get comfort in religion. The members decided to join the tarekat because there was anxiety in religion. Anxiety is what drives a person to take the Sufistic path. The Sufistic path provides peace and comfort in religion. It even strengthens belief in the existence of God and the Prophet Muhammad and leads someone to recognize his identity. The concept of mursyid in the tarekat also becomes a model to be followed in education in the current era since it is believed that he not only transfers knowledge but also shares love to his students.
Artikel ini membahas motif anggota bergabung dalam tarekat Zawiyah Naqsabandiyah Haqqani Yogyakarta. Mengetahui motif anggota dapat memberikan gambaran bagaimana spirit sufistik dapat mempengaruhi dan merubah kehidupan seseorang. Hal tersebut sekaligus akan menjadi kritik terhadap pandangan Karl Marx tentang agama. Menurut Karl Marx adanya pemujaan terhadap Tuhan menyebabkan seseorang teralienasi (terasingkan) dari dirinya. Padahal salah seorang anggota tarekat menyatakan tujuan dirinya bergabung dalam tarekat adalah untuk menemukan identitas dirinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empa motif anggota bergabung dalam tarekat, meliputi: mencari tarekat, mendalami tasawuf sebagai jalan mendekati Islam, mencari inspirasi untuk mengenal Tuhan dan mendapatkan kenyamanan dalam beragama. Para anggota memutuskan bergabung dalam tarekat karena adanya kegelisahan dalam beragama. Kegelisahan tersebut yang mendorong seseorang untuk menempuh jalan sufistik. Jalan sufistik memberikan kedamaian dan kenyamanan dalam beragama, bahkan memperkuat keyakinan atas keberadaan Tuhan dan Rasulullah Muhammad. Konsep mursyid dalam tarekat juga menjadi teladan dalam pendidikan saat ini. Karena seorang tarekat dipercaya tidak hanya memberikan pengetahuan namun juga mentransfer cinta kepada para muridnya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aceh, A. B. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramdhoni.
Akhmansyah, M. 2015. Eksistensi guru dalam pendidikan spiritual perspektif Abu Hamid Al Ghazali. Jurnal Al-Tadzkiyyah 6 (2), 14-35.
Alba, C. 2012. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Andhika, R. P. 2019. Mengintip Komunitas Sufi di Yogyakarta. Tribunnews.com.
Anieg, M. 2016. Merasakan Tasawuf. Jurnal Studi Islam & Sosial 3 (1), 19-36.
Bungin, B. 2001. Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Ghofur, M. 2010. Tarekat dan Politik (Studi Pilihan Jama’ah tarekat Naqsabandiyah Haqqani di Zawiyyah Haqqani Yogyakarta pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009). Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Gitosaroso. 2015. Tasawuf dan Modernitas, Jurnal Al-Hikmah 10 (1), 105-121.
Howell, J. D. 2010. Indonesia’s salafist sufis. Modern Asian Studies, 44 (5), 1029-1051.
Jatman. 2020, June 1. Jatman.or.id, https://jatman.or.id/profil-jatman/sifat-dan-tujuan/.
Khamani.A.R. 2016. Tasawuf tanpa tarekat: Pengalaman Turki dan Indonesia. Jurnal Teosofi 6 (1), 1-28.
Masmuh, A. 2013. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press.
Mulyati, S. 2006. Tarekat Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Nurwatie, A., Fauzia, R., & Akbar, S. N. 2016. Perspektif psikologi humanistik Abraham Maslow dalam meninjau motif pelaku pembunuhan. Jurnal Ecopsy, 1(4), 79-85.
Otto, R. 1967. The Psychology of Religion, New York: McMillan.
Pals, D. L. 2011. Seven Theories of Religion, Yogyakarta: Ircisod.
Riyadi, A. 2014. Tarekat sebagai organisasi tasawuf. Jurnal At-Taqaddun, 6 (2), 359-385.
Rizal, M. & Nurhidayat, I. 2018. Birokrat melawan: Mempertahankan integritas di tengah budaya paternalistik. Jurnal Integritas 4 (1), 171-198.
Rubaidi, R. 2019. Java Islam: Relationship of Javanese culture and Islamic mystism in the post-colonial study perspective. El Harakah, 21 (1), 19-35.
Said, A. F. 1996. Hakikat Tarikat Naqsybandi. Jakarta: Al-Husna Zikra.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syadzali, A. 2014. Konflik kelas dan fenomena komunisme dalam hubungan struktural menurut pandangan Karl Marx. Jurnal Al-Banjari 13 (1), 26-36.
Tedy, A. 2018. Tarekat Mutabarah di Indonesia. Jurnal El-Afkar 1 (6).
Yayasan Haqqani Indonesia. n.d. Jakarta: Yayasan Haqqani Indonesia, Al-Haq Vol. 4.
Zuherni. 2011. Sejarah Perkembangan Tasawuf. Jurnal Substantia 13 (2).
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v22i1.8602
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |