The Cultural Significance and Islamic Values of Gugon Tuhon
Abstract
Penelitian ini mengkaji gugon tuhon di Surakarta dan kaitannya dengan nilainilai keislaman. Gugon tuhon yang dikaji adalah dalam siklus pernikahan, siklus kehamilan, dan yang digunakan untuk mendidik anak. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat di wilayah karesidenan Surakarta. Analisis interaktif digunakan dengan pemaknaan secara kultural selanjutnya direlevansikan dengan nilai islami. Hasil penelitian menunjukkan beberapa gugon tuhon dalam perkawinan, diantaranya adalah larangan calon penganten putri untuk bepergian sendiri dan larangan untuk melaksanakan pernikahan di bulan Sura/Muharram. Dalam gugon tuhon siklus kehamilan, wanita hamil dilarang menggunjing dan berpikiran negatif karena akan berdampak pada watak anaknya. Suami yang istrinya sedang hamil juga dilarang membunuh dan menyakiti hewan karena anaknya akan celaka. Gugon tuhon dalam mendidik anak seperti larangan untuk keluar di waktu Magrib karena akan diculik oleh wewe gombel dan anjuran untuk membasuh kaki-tangan sebelum bertemu dengan bayi. Adanya gugon tuhon dapat digunakan sebagai sarana pendidikan karakter kepada generasi muda untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, fungsi gugon tuhon juga sebagai sarana menanamkan nilai-nilai moral keislaman seperti tenggang rasa, toleransi, tanggung jawab, dan selalu berbuat baik kepada sesama untuk membentuk sistem kehidupan masyarakat yang harmonis.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adriana, I. (2012). Neloni, mitoni atau tingkeban: Perpaduan antara tradisi Jawa dan ritualitas masyarakat Muslim. KARSA: Journal of Social and Islamic Culture, 19(2), 238–247.
Ali, M. (2011). Muslim diversity: Islam and local tradition in Java and Sulawesi, Indonesia. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 1(1), 1–35.
Andariati, L. (2019). Relevansi mitos Kali Pemali dengan etika lingkungan Islam. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi), 5(2), 275–289.
Ekowati, V. I. (2008). Tata cara dan upacara seputar daur hidup masyarakat Jawa dalam Serat Tatacara. Diksi, 15(2), 204–220.
Fitri, A. (2012). Pola Interaksi Harmonis antara Mitos, Sakral, dan Kearifan Lokal Masyarakat Pasuruan. el Harakah: Jurnal Budaya Islam, 14(1), 1-17. https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2198
Indana, N., Makmun, M. A., & Machmudah, S. (2019). Tradisi ruwah desa dan implikasinya terhadap pengetahuan tauhid masyarakat Dusun Ngendut Kesamben Ngoro Jombang. Tafáqquh: Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, 7(2), 81–104.
Kamilah, N., & Setyani, T. I. (2018). The mystical elements in Javanese short stories as a local wisdom manifestation. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 175(1), 012064. https://doi.org/10.1088/1755-1315/175/1/012064
Karkono, K., Maulida, J., & Rahmadiyanti, P. S. (2020). Budaya patriarki dalam film Kartini (2017) karya Hanung Bramantyo. Kawruh: Journal of Language Education, Literature, and Local Culture, 2(1).
Kholik, K. (2019). Mitos-mitos penghalang perkawinan pada adat Jawa dalam perspektif hukum Islam. Usratuna: Jurnal Hukum Keluarga Islam, 2(2), 1–26.
Kurniawati, D., & Widhyasmaramurti, W. (2019). Pragmatic meaning of baby care gugon tuhon in Javanese. International Review of Humanities Studies, 4(2), 973–986.
Miles, B. M., & Huberman, A. M. (2009). Qualitative data analysis (T. R. Rosidi, Trans.). Ul Press.
Moleong, L. J. (2014). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosda Karya.
Muraina, M. B. (2015). Oral tradition as a reliable source of historical writing: Arguments for and against and implications for historical writing in education. Oral Tradition, 22.
Nanda, A. A. N. (2020). Pendidikan moral pada tradisi bayi digendong saat maghrib di Desa Regunung–Jawa Tengah. Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 9(1), 72–81.
Nurdin, A. (2016). Integrasi Agama dan Budaya: Kajian Tentang Tradisi Maulod dalam Masyarakat Aceh. el Harakah: Jurnal Budaya Islam, 18(1), 45-62. https://doi.org/10.18860/el.v18i1.3415
Poerwadarminta, W. J. S. (1939). Baoesastra Djawa. Wolters.
Rahadini, A. A., & Rahmat, R. (2018). Philosophical meaning of the myth of pregnant and nursing mothers at Dawuhan village, Banyumas. EduLite: Journal of English Education, Literature and Culture, 3(2), 188–195.
Roibin, R. (2010). Agama dan mitos: Dari imajinasi kreatif menuju realitas yang dinamis. El-Harakah, 12(2), 85–97.
Sari, T. M., Rosyid, A., & Romli, R. (2017). Perkawinan adat Jawa perspektif hukum Islam di Desa Terlangu Kecamatan Brebes. Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam, 5(10), 805–824.
Setyawan, B. W., & Saddhono, K. (2017). Eret traditional ceremony as representation of spirit of mutual cooperation among coastal communities. Advanced Science Letters, 23(10). https://doi.org/10.1166/asl.2017.10363
Soehardi, S. (2002). Nilai-nilai tradisi lisan dalam budaya Jawa. Humaniora, 14(3), 11972.
Subalidinata, R. S. (1968). Sarining Kasusastran Djawa. Jaker.
Sundari, S. (2018). Gugon tuhon Jawa in Kismorejo Village, Jaten District, Karanganyar District, Java Tengah Province (Literature reception study). In International Seminar on Recent Language, Literature, and Local Cultural Studies (BASA 2018). Atlantis Press.
Taruna, M. M. (2016). Shifting the myth in the middle of social change (Mythological studies in Kiskendo Cave and Betetor Hamlet in Kendal). Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi), 2(01), 67–80.
Wahyuni, I. (2018). Menguak mitos tahun duda dari catatan pernikahan perspektif hukum Islam di Kabupaten Pati. An-Nidzam: Jurnal Manajemen Pendidikan dan Studi Islam, 5(1), 139–165.
DOI: https://doi.org/10.18860/eh.v22i2.9389
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |

