Teori Batas Kewarisan Muhammad Syahrur dan Relevansinya dengan Keadilan Sosial
Abstract
The provision of inheritance between men and women with the current ratio of 2: 1 is considered not to provide an equal share and has not yet reflected the value of justice. This paper intends to study the views of Muhammad Syahrur related to the 2: 1 concept in faraidh science. This research is a qualitative study by presenting data descriptively. The results of this study indicate that the concept of the limit theory offered by Muhammad Syahrur is a proportional division between sons and daughters, where sons get 2 portions as the maximum limit, not more but maybe less. While the daughters get one portion as the minimum limit and therefore, it is still possible to get more but cannot be less. In certain conditions, daughters and sons can get an equal share of the inheritance. The theory offered by Muhammad Syahrur is relevant to the values of social justice, especially if women provide for family expenses. In this condition, women's rights are increased by not exceeding the corridors or limitations of God's law.
Ketentuan bagian waris antara laki-laki dan perempuan dengan perbandingan 2:1 untuk masa sekarang dianggap belum memberikan bagian yang setara dan belum mencerminkan nilai keadilan. Tulisan ini bermaksud mengkaji pandangan satu tokoh terkait konsep 2:1 dalam ilmu faraidh, yaitu Muhammad Syahrur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menyajikan data secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep teori batas yang ditawarkan Muhammad Syahrur adalah pembagian yang proporsional antara laki-laki dan perempuan, yaitu bahwa anak laki-laki mendapat bagian dua sebagai batas maksimal, tidak boleh lebih namun boleh kurang. Sementara anak perempuan mendapat bagian satu adalah batas minimal dan karena itu masih mungkin mendapatkan lebih dari satu namun tidak boleh kurang. Teori ini didasarkan pada metode teknik analisis, analisa matematis, teori himpunan, konsep variabel pengikut dan variabel pengubah sehingga 2:1 tidak selamanya relevan dengan kondisi masing-masing ahli waris. Pada kondisi tertentu perempuan dan laki-laki bisa mendapat bagian harta warisan sebanding atau sama banyak. Teori batas yang ditawarkan oleh Muhammad Syahrur relevan dengan nilai-nilai keadilan sosial, jika perempuan menjadi tulang punggung keluarga. Pada kondisi tersebut hak perempuan bertambah dengan tidak melebihi koridor atau batasan-batasan hukum Allah.
Kata Kunci: waris; keadilan sosial; teori batas.
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, Zaitun, dan Endra Wijaya. “Dinamika Penerapan Ijtihad Bidang Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia.” Jurnal Hukum & Pembangunan 49, no. 2 (5 Juli 2019): 299–310. https://doi.org/10.21143/jhp.vol49.no2.2004.
Bachtiar, Maryati. “Hukum Waris Islam Dipandang Dari Perspektif Hukum Berkeadilan Gender.” Jurnal Ilmu Hukum 3, no. 1 (8 Maret 2013). https://doi.org/10.30652/jih.v3i01.1026.
Faturochman. “Keadilan sosial suatu tinjauan psikologi.” Buletin Psikologi 7, no. 1 (23 September 2015). https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/7399.
Fazlur Rahman. Membuka pintu ijtihad. Diterjemahkan oleh Anas Mahyuddin. Bandung: Pustaka, 1984.
Habib, Muchlis Samfrudin. “Sistem Kewarisan Bilateral Ditinjau Dari Maqashid Al-Syari’ah.” De Jure: Jurnal Hukum dan Syar’iah 9, no. 1 (30 Juni 2017). https://doi.org/10.18860/j-fsh.v9i1.4241.
Khulaisie, Rusdiana Navlia, Azhar A. Hafizh, Abdul Wafi, dan Sofia Sofia. “Achieving Harmony Through Progressive Islamic Dimensions in the Thinking of Abdullah Saeed.” Islam Realitas: Journal of Islamic & Social Studies 5, no. 1 (20 Juli 2019): 1–11. https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v5i1.902.
Miller, David. Principles of Social Justice. Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1999.
Muamar, Afif. “Rekonstruksi Hukum Waris Islam (Telaah Pemikiran Muhammad Syahrur).” Mahkamah : Jurnal Kajian Hukum Islam 2, no. 2 (14 Desember 2017). https://doi.org/10.24235/mahkamah.v2i2.2164.
Muhammad Syahrur. Islam dan iman : aturan-aturan pokok. Diterjemahkan oleh M. Zaid Zudi. Yogyakarta: Jendela, 2002.
Muhammad Shahrur. Metodologi fiqih Islam kontemporer. Yogyakarta: eLSAQ Press, 2004.
Muhammad Syahrur. Prinsip dan dasar hermeneutika al-Quran kontemporer. Diterjemahkan oleh Sahiron Syamsudin. Yogyakarta: el.SAQ press, 2007.
Muhyidin, Muhyidin. “Maqashid Al-Syari’ah (Tujuan-Tujuan Hukum Islam) Sebagai Pondasi Dasar Pengembangan Hukum.” Gema Keadilan 6, no. 1 (20 Mei 2019): 13–32. https://doi.org/10.14710/gk.6.1.13-32.
Murtadlo, Muhammad Ali. “Keadilan gender dalam hukum pembagian waris Islam perspektif the theory of limit Muhammad Syahrur.” Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies 4, no. 1 (25 Februari 2019): 173–88. https://doi.org/10.22373/equality.v4i1.4487.
Mustaqim, Abdul. “Teori Hudûd Muhammad Syahrur dan kontribusinya dalam penafsiran al-Qur’an.” AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis 1, no. 1 (27 Juni 2017): 01–26. https://doi.org/10.29240/alquds.v1i1.163.
Najitama, Fikria. “Jilbab Dalam Konstruksi Pembacaan Kontemporer Muhammad Syahrûr.” Musãwa Jurnal Studi Gender Dan Islam 13, no. 1 (3 Januari 2014): 9–18. https://doi.org/10.14421/musawa.2014.131.9-18.
Suparman Usman, dan Yusup Somawinata. Fiqh mawaris hukum kewarisan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.
Takdir, Mohammad. “Membumikan Fiqh Antroposentris: Paradigma Baru Pengembangan Hukum Islam Yang Progresif.” Ahkam: Jurnal Hukum Islam 7, no. 1 (1 Juli 2019): 91-116–116. https://doi.org/10.21274/ahkam.2019.7.1.91-116.
Ulin Nuha, Muhammad. “Studi Pemikiran Waris Muhamad Syahrūr.” Tesis Master, IAIN Walisongo, 2011. http://eprints.walisongo.ac.id/85/.
DOI: https://doi.org/10.18860/j-fsh.v12i1.7580
Copyright (c) 2020 Musda Asmara, Rahadian Kurniawan, Linda Agustian
Published By:
Shariah Faculty Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim MalangGajayana Street 50 Malang, East Java, Indonesia
De Jure: Jurnal Hukum dan Syar'iah is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International