Islamization Process of The Tellumpoccoe Alliance: The History of Bone, Soppeng and Wajo
Abstract
This research was conducted on the basis of the lack of research that specifically reveals the process of Islamization of the Tellumpoccoe alliance based on historical facts available in the field. This study aims to reveal the process of Islamization of three major regions which include Bone, Soppeng, and Wajo. This study used a historical research method consisting of heuristics/collection of historical sources, external and internal criticism of historical sources, interpretation, and historiography/or historical writing. The results demonstrate that the beginning of the arrival of Islam in South Sulawesi was received openly by two major kingdoms namely Luwu in 1602 and Gowa in 1605. After the Kingdom of Gowa embraced Islam, the existence of an Ulu agreement between the Bugis-Makassar kings caused the Kingdom of Gowa to try spreading the religion of Islam peacefully but was rejected because of the suspicion of political motives to control other kingdoms. In response to this matter, a Telumpoccoe alliance was established by three kingdoms namely Bone, Soppeng, and Wajo to stem the invasion effort as well as the process of Islamization carried out by the Kingdom of Gowa. However, such great power possessed by the Kingdom of Gowa caused the failure of this alliance to maintain its existence. In the end, each kingdom that was incorporated into the alliance embraced Islam, namely Soppeng in 1609, Wajo in 1610, and Bone in 1611.
Penelitian ini dilakukan dengan dasar masih kurangnya penelitian yang mengungkapkan secara spesifik terkait proses islamisasi aliansi Tellumpoccoe berdasarkan fakta-fakta historis yang tersedia di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap proses islamisasi tiga daerah besar yang meliputi Bone, Soppeng dan Wajo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis yang meliputi heuristik/pengumpulan sumber sejarah, kritik eksternal maupun internal terhadap sumber sejarah, interpretasi dan historiografi/atau penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal kedatangan Islam di Sulawesi Selatan diterima dengan terbuka oleh dua kerajaan besar yaitu Luwu pada tahun 1602 dan Gowa pada tahun 1605. Setelah kerajaan Gowa memeluk Islam, adanya perjanjian Ulu Ada antara raja-raja Bugis-Makassar menyebabkan Kerajaan Gowa mencoba menyiarkan agama Islam secara damai, akan tetapi ditolak karena adanya kecurigaan adanya motif politik untuk menguasai kerajaan lainnya. Sebagai respons terhadap hal tersebut, maka didirikanlah persekutuan Telumpoccoe oleh tiga kerajaan yaitu Bone, Soppeng dan Wajo guna membendung usaha invasi sekaligus proses islamisasi yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa. Akan tetapi, kekuatan begitu besar yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa menyebabkan kegagalan aliansi ini untuk mempertahankan eksistensinya. Pada akhirnya masing-masing kerajaan yang tergabung dalam aliansi tersebut memeluk Islam, yaitu Soppeng pada tahun 1609, Wajo tahun 1610, dan Bone pada tahun 1611.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, A. (2016). Islamisasi di Sulawesi Selatan dalam perspektif sejarah. Paramita: Historical Studies Journal, 26 (1), 86–94. https://doi.org/10.15294/paramita.v26i1.5148
Agussalim. (2016). Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan. Deepublish.
Arief, R., Midhio, I. W., Risman, H., Anwar, S., & Prakoso, L. Y. (2021). Makassar War in the Perspective of the Indonesian Total War. Journal of Social and Political Sciences, 4(2).
Bahri, B. (2016). Perebutan Panggadereng di Kerajaan Lokal di Jazirah Sulawesi Selatan Abad XV-XVII. Istoria: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah, 12 (2), 97–104.
Baiti, R., & Razzaq, A. (2014). Teori dan proses islamisasi di Indonesia. Wardah: Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan, 15(2), 133–145. https://doi.org/10.19109/wardah.v15i2.193
Bandung, A. B. T. B. (2020). Budaya Bugis dan Persebarannya dalam Perspektif Antropologi Budaya. Lensa Budaya: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Budaya, 15 (1). https://doi.org/10.34050/jlb.v15i1.11081
Deng, F. M. (2011). War of visions: Conflict of identities in the Sudan. Brookings Institution Press.
Farid, A. Z. A. (2017). Capita Selecta: Sejarah Sulawesi Selatan. Social Politic Genius (SIGn).
Fuadi, M. A., & Usman, U. (2022). The History of Bone Islamization in the XVII-XIX Centuries and the Impact on Society’s Religious Traditions. Juspi (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 5 (1), 31–44. http://dx.doi.org/10.30829/juspi.v5i1.9827
Hamid, P. (1992). Lontarak Tellumpoccoe. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamka. (2006). Sejarah Umat Islam. Gema Insani.
Helius, S. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Kila, S., Sahajuddin, S., & Amir, M. (2018). Soppeng: dari Tomanurung hingga penjajahan Belanda. Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Mappangara, S. (2004). Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.
Mappangara, S. (2012). Ensiklopedia Tokoh dan Perjuangan Sejarah Sulawesi Selatan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.
Mappangara, S. (2014). Perjanjian tellumpoccoe tahun 1582: tindak-balas kerajaan gowa terhadap persekutuan tiga kerajaan di sulawesi selatan. Sosiohumanika, 7(1). https://doi.org/10.2121/sosiohumanika.v7i1.498
Mappangara, S., & Abbas, I. (2003). Sejarah Islam di Sulawesi Selatan. Lamacca Press.
Mattulada, H. A. (2015). Latoa: Antropologi Politik Orang Bugis. Yogyakarta: Ombak.
Nasikin, N., Faridi, F., Hakim, N., & Matsubir, A. (2023). Teori Kedatangan Islam Hingga Proses Islamisasi di Nusantara: Theory of the Arrival of Islam to the Process of Islamization in the Archipelago. Experimental Student Experiences, 1 (1), 58–66. https://doi.org/10.58330/ese.v1i1.123
Nasruddin, N. (2014). Usaha La Sangkuru Patau dalam Mengembangkan Agama Islam di Kerajaan Wajo. Jurnal Adabiyah, 14 (2), 143–149.
Nonci. (2003). Sejarah Soppeng: Zaman Prasejarah Sampai Zaman Kemerdekaan. Aksara.
Nur, M. R. (2007). Lontara’na Soppéng; Dari Kerajaan Kembar Menuju Kabupaten. Makassar: Rumah Ide.
Pabbajah, M. (2021). From the Indigeneous to the Religious Practices: Islamic Construction of the Local Tradition in South Sulawesi, Indonesia. Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 22(1), 91-102. https://doi.org/10.14421/esensia.v22i1.2800
Pangerang, R. A. A. (2009). Sejarah singkat kerajaan di Sulawesi Selatan: menelusuri kejayaan Gowa. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.
Patunru, A. D. (1995). Sejarah Bone. Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan. https://books.google.co.id/books?id=8QKimgEACAAJ
Pelras, C. (2006). Manusia Bugis (The Bugis). Nalar and Ecole Francaise d’Extreme-Orat (EFFO), Jakarta and Paris.
Poelinggomang, E. (2004). Sejarah Sulawesi Selatan. Badan Pelestarian dan Pengembangan Daerah Sulawesi Selatan.
Pusponegoro, M. D., & Notosusanto, N. (2008). Sejarah nasional Indonesia I. Balai Pustaka.
Rahma, R. (2018). Musu’Selleng dan Islamisasi dalam Peta Politik Islam di Kerajaan Bone. Rihlah: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 6(1), 132–140. https://doi.org/10.24252/rihlah.v6i1.5536
Rahman, E. Y., Dasfordate, A., Pelealu, A. E., Sendouw, R., Fathimah, S., & Rahman, R. (2021). Islamization in North Sulawesi XIX Century: Political Networks and Trade. ICHELSS: International Conference on Humanities, Education, Law, and Social Sciences, 1(1), 347–353.
Sewang, A. M. (2005). Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII: abad XVI sampai abad XVII. Yayasan Obor Indonesia.
Siswadi, P. (2016). Politik Islamisasi Kerajaan Gowa-Tallo Terhadap Tiga Kerajaan Tellumpoccoe (Bone, Soppeng, Wajo) pada Abad XVII. Rihlah: Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan, 4(1), 120–140. https://doi.org/10.24252/rihlah.v4i1.2597
Thoha, A. (1986). Muqaddimah Ibn Khaldun Edisi Terjemahan. Pustaka Firdaus.
Yani, A. (2020). Islamisasi di Ajatappareng Abad XVI-XVII. Pusaka, 8 (2), 191–210. https://doi.org/10.31969/pusaka.v8i2.420
DOI: https://doi.org/10.18860/eh.v25i1.20612
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |