Dialektika Islam dan Budaya Lokal dalam Bidang Sosial sebagai Salah Satu Wajah Islam Jawa

Andik Wahyun Muqoyyidin

Abstract


This article is to unravel the issue of dialectic of Islam and local culture in the social field as one face of Javanese Islam. Historically, Islam came to Indonesia there is a record seventh century AD, but there are also the states of the thirteenth century AD. This means that Islam has been a long time to adapt and dialogue with the culture, customs, attitudes and ways of thinking locals Indonesia. Moreover, many aspects of Islamic teachings that can be flexible so it can receive the local elements are in harmony with the teachings of Islam. The style of Islam in Java in many ways resembles Islam in South Asia. Kerala, the Malabar coast became an important area for the spice trade. Therefore, this area is also very likely to be a transit area for the purpose of trading with the merchants and simultaneously broadcast and Sufi Moslem are deliberately seeking new areas for development of Islam. For this reason, the face of Islam in Java is the result of dialogue and dialectic between Islam and local culture which then displays the face of Javanese Islam. In fact, Islam in Java is indeed not a single, not a monolith, and not simple. Among these are reflected in social relations syncretic Javanese Moslem community with other communities go naturally with the local knowledge base in the village community at large.

 

Artikel ini ingin mengurai persoalan dialektika Islam dan budaya lokal dalam bidang sosial sebagai salah satu wajah Islam Jawa. Secara historis, Islam datang ke Indonesia ada yang mencatat abad VII Masehi, tapi ada juga yang menyatakan abad XIII Masehi. Ini berarti Islam telah lama beradaptasi dan berdialog dengan budaya, adat kebiasaan, sikap dan cara berpikir penduduk lokal Indonesia. Terlebih lagi, banyak aspek dari ajaran Islam yang dapat bersifat fleksibel sehingga dapat menerima unsur-unsur lokal yang selaras dengan ajaran Islam. Corak Islam di Jawa dalam banyak hal menyerupai Islam di Asia Selatan. Kerala, di pantai Malabar menjadi daerah penting untuk perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, daerah ini juga sangat mungkin menjadi daerah transit bagi kaum pedagang dengan tujuan perdagangan dan sekaligus menyiarkan Islam dan kaum sufi yang secara sengaja mencari daerah baru untuk pengembangan Islam. Karena itulah, wajah Islam di Jawa merupakan hasil dialog dan dialektika antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang khas Jawa. Dalam kenyataannya, Islam di Jawa memanglah tidak bersifat tunggal, tidak monolit, dan tidak simpel. Di antaranya adalah tercermin dalam relasi sosial komunitas Islam Jawa sinkretis dengan masyarakat lainnya berjalan secara alamiah dengan mendasarkan pada kearifan lokal masyarakat desa pada umumnya.

 


Keywords


dialectic of Islam; local cultural; social; Javanese Islam

Full Text:

PDF

References


Abdullah, Taufiq. 1989. Islam Dan Pembentukan Tradisi Di Asia Tenggara: Sebuah Perspektif Perbandingan. Dalam Taufiq Abdullah dan Sharon Shiddiqui, Tradisi dan Kebangkitan Islam Di

Asia Tenggara [halaman 29-30]. Jakarta: LP3ES.

Arnold, Thomas W. 1977. The Preaching of Islam. Jakarta: Wijaya.

Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Ulama, Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan.

Azra, Azyumardi. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung: Rosdakarya.

Drewes, G.W.J. 1989. Pemahaman Baru Kedatangan Islam di Indonesia. Dalam Ahmad Ibrahim, et al., Islam di Asia Tenggara. Perspektif Sejarah [halaman 7-36]. Jakarta: LP3ES.

Geertz, Clifford. 1976. The Religion of Java. Chicago: Chicago University Press.

Graaf, HJ. de. 1989. Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke-18. Dalam Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara [halaman 2]. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Herusatoto, Budiono. 1987. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan.

Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Marzuki. 2006. Tradisi dan Budaya Masyarakat Jawa dalam Perspektif Islam. Kajian Masalah Pendidikan dan Ilmu Sosial “INFORMASI”. 32, (1): 2-6.

Mudzhar, Muhammad Atho. 1990. Fatwas of The Council of Indonesian Ulama A Study of Islamic Legal Thought in Indonesia, 1975-1988. Los Angeles: University of California.

Partokusumo, Karkono Kamajaya. 1995. Kebudayaan Jawa Perpaduannya dengan Islam. Yogyakarta: Aditiya Media.

Pemberton, John. 2003. Jawa. Yogyakarta: Mata Bangsa.

Ricklefs, M.C. 2002. Syekh Al-Mutamakin dan Sejarah Jawa abad ke-XVIII. Dalam Abdul Milal Bizawie, Perlawanan Kultural Agama Rakyat [pp. 20-31]. Yogyakarta: SAMHA

Ridhwan. 2008. Islam Blangkon; Studi Ethnografi Karakteristik Keberagamaan di Kabupaten Banyumas dan Cilacap. Istiqro’. Volume 07, Nomor 01: 5-6.

Simuh. 1996. Sufisme Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Suyanto. 1990. Pandangan Hidup Jawa. Semarang: Dahana Prize.

Wahid, Abdurrahman. 1982. Bunga Rampai Pesantren. Jakarta: Dharma Bhakti.

Wertheim, W.F. 1989. Islam dan Pembentukan Tradisi di Asia Tenggara: Sebuah Perspektif Perbandingan. Dalam Taufiq Abdullah dan Sharon Shiddiqui, Tradisi dan Kebangkitan Islam di

Asia Tenggara [hlm 94-111]. Jakarta: LP3ES.

Woodward, Mark R. 2001. Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan. Yogyakarta: LKiS.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.2197

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang