Kepercayaan kepada Kekuatan Gaib dalam Mantra Masyarakat Muslim Banten
Abstract
Artikel ini mengkaji berbagai bentuk, fungsi dan makna mantra pada masyarakat Banten. Bagaimana masyarakat Banten memaknai mantra, jenis mantra apa saja yang digunakan oleh masyarakat Banten, dan bagaimana masyarakat Banten memanfaatkan mantra dalam kehidupan mereka menjadi tiga fokus utama dalam artikel ini. Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode ethnografi yang bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologis. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan pendekatan fungsional-struktural. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kajian pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Tradisi mantra di Banten merupakan bagian dari tradisi lisan. Mantra merupakan do’a sakral kesukuan yang mengandung kekuatan gaib. Mantra Banten ini merupakan produk budaya yang bersifat sinkretik antara kepercayaan lokal dan tradisi agama. Bagi orang Banten, mantra merupakan salah satu khazanah tradisi lisan yang integral dengan khazanah budaya lainnya. Eksistensinya masih dibutuhkan oleh masyarakat Banten sampai saat ini. Dalam batas tertentu, tradisi mantra Banten merupakan alternatif pranata sosial tradisional ketika pranata formal tidak mampu lagi mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan praktis mereka. Pemanfaatan mantra untuk beragam tujuan ini menjadi potret pola kehidupan pragmatis masyarakat Banten yang masih mempercayai kekuatan magis.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Bowen, J. R. (1993). Muslims through discourse: Religion and ritual in Gayo society. Princeton, NJ: Princeton University Press.
Bruinessen, M. van. (1995). Kitab kuning, pesantren dan tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Daud, H. (2004). Ulit Mayang: Kumpulan mantera Melayu (1st ed.). Selangor: Dawama Sdn. Bhd.
Frazer, J. G. (1993). The golden bough: A study in magic and religion. London: Macmillan.
Geertz, C. (1970). The interpretation of culture. New York: Basic Books.
Hartarta, A. (2010). Mantra pengasihan: Rahasia asmara dalam klenik Jawa. Bantul: Kreasi Wacana.
Hidayat, A. Y., et al. (2007). Tinjauan fungsional mantra Sunda di daerah Cisurupan Garut [Laporan Akhir Penelitian Dasar]. Universitas Padjadjaran Bandung.
Hooykaas, C. (1952). Penjedar sastra (R. Amar, Trans.). Jakarta: J. B. Wolters.
Hutton, W. (1984). Magic: A sociological study. London: Oxford University Press.
Kaplan, D., & Manner, R. A. (2002). Teori budaya (L. Simatupang, Trans.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Malinowski, B. (1955). Magic, science and religion and other essays. New York: Doubleday Anchor Books.
Mauss, M. (2001). A general theory of magic. London: Routledge Classics.
O’Keefe, D. L. (1982). Stolen lightning: The social theory of magic. New York: Continuum.
Pradipta, B. (2003). Hakikat dan manfaat mantra. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Saputra, H. S. P. (2007). Memuja mantera, Sabuk Mangir dan Jaran Goyang masyarakat Suku Using Banyuwangi. Yogyakarta: LKiS.
Sianipar, T., et al. (1985). Dukun, mantera, dan kepercayaan masyarakat. Jakarta: Pustakarya Grafikatama.
Sudjiman, P. (1990). Kamus istilah sastra. Jakarta: UI Press.
Tim Penyusun Kamus. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. 2). Jakarta: Balai Pustaka.
Widodo, W. (2012). Kearifan lokal dalam mantra Jawa. In Proceedings of the 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity, and Future” (p. 965).
Yale, R. A. (2003). Explaining mantras. New York & London: Routledge.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v16i1.2769
Editorial Office: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang | Phone: +6282333435641 |