Conflict and Harmony between Islam and Local Culture in Reyog Ponorogo Art Preservation

M. Irfan Riyadi, Anwar Mujahidin, Muh. Tasrif

Abstract


Reyog as performing art procession already existing in Ponorogo since pre-Islamic era still grows today even expanding outside the region of Ponorogo both regionally, nationally, and internationally. Reyog at the present time is generally acknowledged as cultural identity of Indonesian nation. The case is different with other Javanese traditions such as kentrung, ludruk, and ketoprak that has collapsed over time. This fact raises interesting questions of how Reyog could withstand against the onslaught of various cultures that come to attack it from time to time. This study used anthropological approach by utilizing the theory of Robert Redfield on the interaction of great tradition and little tradition. The results of this study indicate that although Reyog has interacted with various cultures, particularly Islam, it is able to reform and reformulate its tradition and find cultural attitudes flexible with various cultures that come with it. The cultural attitudes embody in stage-modernization, transformation of mythologies and reforms of the symbols of social values.

 

Reyog sebagai seni pentas arak-arakan yang telah ada di Ponorogo semenjak pra-Islam masih berkembang hingga saat ini bahkan terus mengalami perkembangan ke luar daerah Ponorogo baik secara regional, nasional, dan internasional. Reyog pada masa sekarang secara umum diakui sebagai identitas budaya bangsa Indonesia. Kenyataan itu berbeda dengan tradisi Jawa lain yang telah runtuh dan tinggal dalam arkeologi sejarah budaya seperti kentrung, ludruk, dan ketoprak. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang bagaimana Reyog bertahan dari gempuran berbagai budaya yang datang menyerangnya dari zaman ke zaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi dengan memanfaatkan teori Robert Redfield tentang pertemuan tradisi besar (great tradition) dan budaya kecil (little tradition). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun Reyog bertemu dengan berbagai budaya, khususnya Islam, Reyog mampu mereformasi dan mereformulasi tradisinya sehingga ditemukan sikap budaya yang lentur dan cocok dengan berbagai budaya yang datang bersamanya. Sikap budaya itu berbentuk modernisasi pentas, transformasi mitologi, dan reformasi melalui simbol-simbol nilai sosial-kemasyarakatan.


Keywords


local culture; Reyog; preservation; Islamic culture; integration

Full Text:

PDF

References


Abdullah, Irwan. 2002. Simbol, Makna dan Pandangan Hidup Jawa, Analisis Gunungan pada Upacara Garebeg. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Achmadi, Asmoro. 2013. Pasang Surut Dominasi Islam terhadap Kesenian Reog Ponorogo. Jurnal Analisis 13(1)

Koentjaraningrat. 1995. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Kroeber. 1948. Anthropology. New York: Harcout, Brace and Coompany.

Maryaeni. 2008. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Moelyadi. 1986. Ungkapan, Sejarah Kerajaan Wengker dan Reog Ponorogo. Ponorogo: Dewan Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga.

Mukarromah, Sururil & Devi, Shinta I.S.R. 2013. Mobilisasi Massa Partai Melalui Seni Pertunjukan Reog di Ponorogo Tahun 1950-1980. Jurnal Verleden 1(1), 67-68.

Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Ponorogo. 1996. Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo dalam Pentas Budaya Bangsa. Ponorogo

Pemerintah Kabupaten Ponorogo. 2013. Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo dalam Pentas Budaya Bangsa. Ponorogo

Pratala, Cita. “Pudarnya Ritus Magis Kesenian Reog Ponorogo.” Unpublished thesis FISIP UNAIR.

Redfield, Robert. 1956. Peasant Society and Culture. Chicago: The University of Chicago Press.

Soedarsono, R.M. 2010. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soemarto. 2014. Menelusuri Perjalanan Reog Ponorogo. Ponorogo: CV Kota Reog Media.

Sudikan, Setya Yuwana. 2013. Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan Nusantara (Penggalian Nilai-Nilai Kebhinekaan Untuk Indonesia Masa Kini dan Masa Depan). Seminar Nasional Tradisi Lisan dalam

Pendidikan. Bali: Universitas Saraswati Tabanan – Bali, 26 – 27 April.

Sudikan, Setya Yuwana. 2014. Pola Dakwah Islam di Ponorogo. Seminar Jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Ponorogo: STAIN Ponorogo

Taylor, Edward Burnett. 1958. The Primitive Culture. New York: Harper and Brothers.

Utomo, Yoyok Prasetyo Dwi. 2004. Perilaku Gemblak Dalam Kesenian Reog Ponorogo di Desa Sumoroto Kabupaten Ponorogo (Kajian Seksualitas dan Moral). Unpublished thesis. Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v18i2.3498

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang