Seblang dan Kenduri Masyarakat Desa Olehsari: Relasi Ideal Antara Islam dan Budaya Jawa di Banyuwangi
Abstract
Desa mawa cara negara mawa tata, a Javanese wisdom which means that each place in this country has its own different manner and rules as the essence of its people’s cultures and traditions. This paper aims to describe one of Indonesian cultural richness which is transformed in the religious ritual named Seblang in a small village called Olehsari, in Banyuwangi, East Java. This ritual has a religious orientation as an aspiration to the Almighty in order to gain success in agriculture, occupation, and other objectives in the lives of the people of Olehsari. Likewise, Kenduri is also meant as a supplication to the Almighty in order to obtain blessings for the livings and forgiveness for the deceased. In Olehsari, people call this kind of ritual as Ngirim Duwa, or literally translated as ‘sending the prayers’. Furthermore, Seblang and Kenduri have certain social purposes to achieve a serene and harmonious living atmosphere for the people.
Desa mawa cara negara mawa tata, sebuah kebijaksanaan Jawa yang berarti bahwa setiap tempat di negara ini memiliki cara dan aturan tersendiri sebagai esensi budaya dan tradisi masyarakatnya. Makalah ini bertujuan untuk menggambarkan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang ditransformasikan dalam ritual keagamaan bernama Seblang di sebuah desa kecil bernama Olehsari, di Banyuwangi, Jawa Timur. Ritual ini memiliki orientasi religius sebagai aspirasi bagi Yang Maha Kuasa untuk meraih kesuksesan di bidang pertanian, pekerjaan, dan tujuan lainnya dalam kehidupan masyarakat Assari. Selain itu, Kenduri juga dimaksudkan sebagai permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan berkah bagi penghidupan dan pengampunan bagi almarhum. Di Olehsari, orang menyebut ritual seperti Ngirim Duwa, atau secara harfiah diterjemahkan sebagai 'mengirim sholat'. Lebih jauh lagi, Seblang dan Kenduri memiliki tujuan sosial tertentu untuk mencapai suasana hidup yang tenang dan harmonis bagi masyarakat.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Askari, Hasan. 2003. Lintas Iman Dialog Spiritual. Terjemahan oleh Sunarwoto.Yogyakarta: LKiS.
Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama di Jawa. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Hilmi, Masdar. 1994. Islam and Javanese Aculturation. Canada: Thesis Magister of McGill University.
Kamajaya, Harkono. 1995. Kebudayaan Jawa: Perpaduan dengan Islam. Yogyakarta: Ikatan Penerbit Indonesia.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Muthahhari, Murtadha. 2007. Manusia dan Agama Membumikan Kitab Suci. Bandung: Mizan.
Rahmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama. Bandung: Mizan.
Saleh. Hasil Wawancara. 14 s.d.17 September 2010
Shihab, Quraish. 1997. Wawasan Al Quran. Bandung: Mizan.
Simuh. 1989. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga Warsita. Jakarta: UI-Press.
Simuh. 2002. Sufisme Jawa: Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta: Bentang.
Suyono, Capt. R.P. 2009. Ajaran Rahasia Orang Jawa. Yogyakarta: LKis.
Sutarto, Ayu. 2006. Sekilas Tentang Masyarakat Using. Makalah pada Pembekalan Jelajah Budaya di Balai Kajian Budaya dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Veeger, K.J. 1993. Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia.
www. banyuwangi.eastjava.com.
Zaehner, R.C. 2004. Mistisisme Hindu Muslim. Terjemahan oleh Suhadi. Yogyakarta: LKiS.
DOI: https://doi.org/10.18860/el.v0i0.447
Editorial Office: | Phone : +6282333435641 |