Apresiasi Masyarakat terhadap Film Islami Ayat-Ayat Cinta (AAC)

Mulyono Mulyono

Abstract


AAC film is a new phenomenon in Indonesian film industry. Since the first week of its launching in movie theatres, the film directed by Hanung Bramantyo has got a great appreciation from society, especially teenagers. AAC is not only a new motivation for the lovers of Islamic fictions and the society who need Islamic programs, but also an inspiration concerning Islamic aspects. For instance Islamic schools, learning society, Al- Qur'an, Hadist, Al azhar, Cairo, Muslim scholars, praying, mosque, and others. It also includes the negative impression of Islam. AAC is adapted from the best seller novel Ayat- ayat Cinta by Habiburrohman El-Shirozy that tells about the love story of an Indonesian student who studies in Al-Azhar University, Egypt. Both the novel and the film have high missionary endeavors. Therefore, works of Islamic culture have multi-junctions, at least as an entertainment and guidance as well. Consequently, it is natural that the society will give a high appreciation for both the novel and the film.

 

Film AAC merupakan fenomena baru dalam industri perfilman Indonesia. Sejak minggu pertama peluncurannya di bioskop, film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini mendapat apresiasi besar dari masyarakat terutama remaja. AAC bukan hanya merupakan motivasi baru bagi pecinta fiksi Islam dan masyarakat yang membutuhkan program syariah, tapi juga inspirasi mengenai aspek-aspek Islam. Misalnya sekolah Islam, masyarakat belajar, Al-Qur'an, Hadis, Al azhar, Kairo, cendekiawan Muslim, shalat, masjid, dan lain-lain. Ini juga mencakup kesan negatif tentang Islam. AAC diadaptasi dari novel best seller Ayat-ayat Cinta oleh Habiburrohman El-Shirozy yang menceritakan tentang kisah cinta seorang pelajar Indonesia yang belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir. Baik novel maupun filmnya memiliki usaha misionaris yang tinggi. Oleh karena itu, karya budaya Islam memiliki multi persimpangan, setidaknya sebagai hiburan dan bimbingan juga. Konsekuensinya, wajar bila masyarakat memberi apresiasi tinggi terhadap novel dan filmnya.


Keywords


appreciation, Islamic film

Full Text:

PDF

References


Aries, Maspril. 2008. Film Ayat-ayat Cinta Telan Tiga Korban. http://www.republika.co.id/, (8/3/2008).

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film (Panduan Untuk Menjadi Produser). Yogyakarta: Andi offset.

Habiburrahman, El Shirazy. 2008. Ayat Ayat Cinta. Jakarta Selatan: Republika.

http://www.21cineplex.com/movie.cfm?id=1819 (17/5/2008).

http://www.avatavatcintathemovie.com/ (17/5/2008).

http://www.republika.co.id/mypustaka/buku detail.asp?id=44. (17/5/2008).

Mulyono & Nurul Habibah. 2008. The Power Religious of Art - Seni Pementasan Religius: Tari, Drama, Teater, Film dan Sinetron Islami. Malang: Lemlit UIN Malang.

Republika. 08 April, 2008. Ayat Ayat Cinta dan Get Married Bersaing di FFB.

Republika. 29 Maret 2008. Presiden Nilai Film Ayat-ayat Cinta Dapat Jadi Media Siar Islam.

Tabloid Gema UIN Malang. Edisi 34, Maret-April, 2008.

Wibowo, Agus. 2008. Dilema Film Ayat-Ayat Cinta. http:// www.iawapos.co.id. (8/3/2008).

Yudisia, Sinta. 2008. AAC: Wajah Pesantren Tak Ketinggalan Zaman. http://www.iawapos.co.id. (8/3/2008).




DOI: https://doi.org/10.18860/el.v10i2.4582

Editorial Office:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jalan Gajayana No.50, Malang, Indonesia 65144
This work is licensed under a CC-BY-NC-SA.
el Harakah, ISSN : 1858-4357 | e-ISSN : 2356-1734
Phone : +6282333435641
Fax : (0341) 572533
Email : elharakah@uin-malang.ac.id
elharakahjurnal@gmail.com
Website : http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang